tag:blogger.com,1999:blog-69527545673849545902024-03-05T15:10:30.794+07:00Kehidupan Tanpa BatasSemua tentang kehidupan yang diabadikan lewat kata-kata indah dan penuh makna serta menginspirasi.Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.comBlogger109125tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-85786627877143450582017-10-30T11:45:00.001+07:002017-10-30T11:45:36.703+07:00Baca Puisi Sajak untuk Indonesia<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="344" src="https://www.youtube.com/embed/pluZEw-JBLE" width="459"></iframe>Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-63462556065502283472017-10-29T16:08:00.001+07:002017-10-29T16:13:42.341+07:00Cara Membaca Puisi yang Unik<br />
Kali ini saya akan mencoba membaca sebuah puisi karya saya sendiri. Semoga menghibur...<br />
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe width="320" height="266" class="YOUTUBE-iframe-video" data-thumbnail-src="https://i.ytimg.com/vi/Jv0OkZ7t9eo/0.jpg" src="https://www.youtube.com/embed/Jv0OkZ7t9eo?feature=player_embedded" frameborder="0" allowfullscreen></iframe></div>
<br />Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-2921067570128930232017-10-29T13:24:00.000+07:002017-10-29T13:24:21.990+07:00Rahim Kata Dari Dalam Penjara<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2017/10/20/854fc166-7c32-4b2c-8366-cac57fc37a64.jpg?w=780&q=90" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="439" data-original-width="780" height="180" src="https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2017/10/20/854fc166-7c32-4b2c-8366-cac57fc37a64.jpg?w=780&q=90" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber Gambar: detik.com</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini bukan puisi yang ingin kutuliskan. Hanya sebatas omong-melompong, barangkali--mungkin saja bisa menjadi pasti--seperti gonggongan tanpa anjing atau selayak desir angin menyibak daun-daun yang sedang berfotosintesis. Ya, tulisan ini akan mengganggu siapa saja pembacanya. Maka dari itu, mantapkan niat untuk membacanya terlebih dahulu agar tidak kecewa. Helai napas panjang... bismillah...<br /><br />Terkadang, rasa bosan untuk berpuisi datang begitu saja. Boleh dibilang seperti rasa kantuk yang mungkin saja akan segera dan tiba-tiba datang bahkan sebelum kuselesaikan tulisan ini. Semoga saja tidak. Aamiin<br /><br />Malam ini, lebih tepatnya dini hari ini, ada sesuatu mengusik kepalaku. Apa itu? Aku sendiri tak tahu. Tapi yakin akan keberadaannya. Inilah sebuah pertanyaan tak terjawab. Bukankah kadang pertanyaan tak bisa kita jawab?<br /><br />Kalian tahu, bahwa saat ini aku sedang duduk dalam renung ditemani dinding yang dingin dan jeruji-jeruji yang menatap sinis penuh kebencian. Ada banyak mata terlelap di sana. Jiwa-jiwa tersingkir dari tengah kehidupan masyarakat dan keluarganya. Sebuah kesalahan--bisa jadi lebih--membuat jiwa-jiwa itu harus terkurung. Bagiku, tempat ini adalah tempat pengabdian, namun bagi mereka tempat ini adalah tempat pengasingan. Ya pengasingan.<br /><br />Bagaimana rasanya diasingkan? Dijauhkan dari hiruk-pikuk kehidupan yang semakin menyesatkan? Dalam pengasingan ada renungan. Dalam renungan terdapat kekuatan magis yang bisa membuat seseorang menjadi seratus bahkan seribu kali lipat lebih baik dari sebelumnya.<br /><br />Ah! Dinding dan jeruji itu masih saja sekongkol untuk mengintimidasi pikiran dan hatiku. Keduanya berhasil membuat manusia ini keliyengan. Tapi tak apa. Mari kulanjutkan ceritaku.<br /><br />Di tempat pengasingan ini lahir banyak peristiwa yang tak kalah memilukan dari kisah sinetron pertelevisian, tak kalah menakutkan dari film Counjuring, dan tak kalah menegangkan dari ending sebuah film percintaan yang diharapkan happy ending. Tempat ini adalah tempat terindah bagi malaikat-malaikat yang saban malam mencari tangis para hamba atas segala dosa-dosanya. Kalian tahu apa nama tempat ini?<br /><br />Kusebut ia PENJARA. Ya, ini adalah penajara. Sebuah tempat yang dikait-kaitkan dengan kekerasan, narkoba, suap-menyuap dan juga tempat para pendosa mendekam. Bulsyitlah! Kau, aku dan semua manusia adalah pendosa. Adakah manusia yang hidupnya tanpa dosa? Jadi berhentilah mengatai orang lain sebagai pendosa. Sebab kita juga pendosa.<br /><br />Hufh... setan di kepalaku mulai tersenyum atas kegilaanku malam ini. Baiklah. Biarkan mereka tersenyum dulu. Nanti akan kucambuk juga dengan cemeti amalirosuli yang terkenal di film Mak Lampir itu. Pernah membayangkan kehidupan di penjara?<br /><br />Di penjara ini ada banyak waktu untuk merenungkan kehidupan. Di penjara adalah waktu pas untuk merefresh pikiran dari kebejatan kehidupan di luar sana. Itulah salah satu jawaban yang kutemukan dari salah satu manusia yang sering disebut sebagai sampah masyarakat. Demi Allah, tak semua yang masuk di tempat ini adalah sampah masyarakat. Bahkan bisa jadi mereka jauh dan sangat jauh lebih baik dari seonggok sampah. Di sini, sebagian besar dari mereka salat wajib lima waktu dengan berjamaah. Subuh, dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Mari kita tanya pada diri kita, sudah genapkah salat wajib kita? Sudahkah kelimanya kita lakukan dengan berjamaah? Plakkk!!! Bahkan aku harus menampar pipiku sendiri karena kekalahan telakku atas mereka yang dicap sebagai sampah masyarakat. Di penjara ini, tak sedikit yang bangun di tengah malam untuk salat tahajud dan membaca Al-Quran. Setiap malam pasti ada. Adakah dari kita yang sering melakukan hal yang sama? Aku yakin ada, namun sedikit jumlahnya.<br /><br />Ah! Setan di kepalaku mulai merah wajahnya. Nampaknya mereka mulai marah padaku. Apa peduliku? Marah saja! Hahahaha!<br /><br />Ada tangis penyesalan, ada pula tangis haru saat bertemu keluarga yang tak lagi bisa setiap hari bertemu. Tangis seorang ibu yang menjenguk anaknya yang tersangkut kasus penusukan "selangkangan". Ada pula tangis seorang istri yang suaminya adalah penjudi. Tangis seorang anak yang tahu bapaknya adalah pencuri. Ada rasa haru, malu, marah yang bercampur dan membuat lukisan abstrak di wajah berkerut. Bahkan sampai aku tak bisa mengerti apa arti luksian itu. Di sini banyak kulit yang berubah fungsi menjadi tempat menuangkan seni. Dan... ada cinta dari Illahi yang tak bisa dilogika oleh otak seorang Profesor sekalipun.<br /><br />Suatu ketika, kutanya salah satu dari penghuni tempat ini. "Kau sedih atau senang masuk sini?" Mari kutuliskan jawabannya, "Aku senang masuk sini. Sebab di sini Allah sangat mencintaiku. Dia mengirimku ke tempat indah ini agar bisa lebih dekat dengan-Nya. Agar tak semakin terjerumus dalam dosa-dosa. Agar, tak lagi membebani orang tua dengan segala tinglah-laku yang membuat mereka dikucilkan di tengah masyarakat. Betapa Allah sangat mencintaiku, bukan? Jika Dia tak mencintaiku, Dia akan membiarkanku bergelimpangan dosa di luar sana. Demi Allah di dalam sini kutemukan keajaiban. Tak pernah salat kutegakkan sebelumnya, tak jua bisa membaca serentetan huruf arab. Tapi, di sini aku belajar dan bisa melakukannya."<br /><br />Sekali lagi pada akhirnya aku tertampar oleh kata-kata orang yang umurnya jauh lebih mud. Ya, dia baru berumur 20 tahun. Dan diumurnya itu, banyak tersimpan repihan masa-lalu yang diubahnya menjadi tiang-tiang perubahan. Tiang-tiang yang akan menajadi penopang hidupnya kelak setelah keluar dan menghirup udara bebas.<br /><br />Apa kabar setan di kepalaku? Ah, mereka mulai sekarat nampaknya. Maafkan aku, sebab kali ini dan aku harap bisa seterusnya, kepalaku ini tak lagi bisa kalian jadikan tempat berpesta.<br /><br />Kurasa akan sangat banyak jika kutuliskan semua yang ada di dalam penjara ini. Lain kali, akan kuceritakan yang lebih seru lagi.<br /><br />Tulisan ini hanyalah awal sebuah mimpiku untuk membuat buku berjudul "Rahim Kata Dari Dalam Penjara". Semoga bisa lekas terealisasikan.<br /><br />Salam santunnku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tulisan di atas saya ambil dari tulisan saya sendiri di Fanspage Blog ini: https://www.facebook.com/kehidupantanpabatas/posts/763820517091252 </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-814606941032041312017-10-26T14:03:00.002+07:002017-10-26T14:03:29.277+07:00Cerpen Dhedi R Ghazali: Cerita dari Langit<div style="text-align: justify;">
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHV-vPL3RmeMdnh2GHrj7cwTbt6jZkYHD_Yq2JQawMubfcMdu_eIa62OH5nn6ejSgn8SWbaUEhyof6dceKyuC60VR1NoMlm8t8TlUh-G0nr3cZNxbSsuWXuYwecWptWt5rN4U85jnkCgM/s1600/cerita-istri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="332" data-original-width="500" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHV-vPL3RmeMdnh2GHrj7cwTbt6jZkYHD_Yq2JQawMubfcMdu_eIa62OH5nn6ejSgn8SWbaUEhyof6dceKyuC60VR1NoMlm8t8TlUh-G0nr3cZNxbSsuWXuYwecWptWt5rN4U85jnkCgM/s320/cerita-istri.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Gambar: kabarislam.com</td></tr>
</tbody></table>
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam yang hujan. Ya. Hujan sedang menghukum para pengumbar nafsu di luar sana. Tak ada dua sejoli saling melingkarkan tangan di bahu. Ah, lihatlah tangan lelaki belangsak itu, yang mulai merayap seperti pemerah susu sapi. Atau mungkin memang dia seorang pemerah susu? Tangannya begitu piawai. Sayangnya malam ini dia tak kelihatan. Hujan benar-benar menghukumnya. Barangkali jemari-jemarinya sedang merasakan gatal yang teramat saat ini. Sudah, mari tinggalkan lelaki pemerah susu itu. Sekarang alihkan pandangan ke balik semak-semak di seberang jalan. Ada dua ekor anjing sedang berhubungan intim. Kalian lihat, kan? Semak-semak itu memberontak, seakan mau bicara, “Dasar anjing! Pergi kalian! Aku tak sudi menjadi sarana dosa terindah kalian berdua. Kusumpahi kalian mati besuk pagi!”<br />
<br />
***<br />
<br />
Pagi ini seperti biasa. Setelah melakukan pertemuan dengan Tuhan, dan berlanjut ke tugas sebagai seorang anak, tepat pukul enam pagi kuseduh secangkir kopi. Tak selang lama, seorang loper koran—seseorang yang begitu berjasa bagi pagi-pagiku—melemparkan jendela dunia yang tepat mendarat di mukaku, “Maafkan aku kawan. Aku salah sasaran. Seharusnya bidikanku adalah burung mungil di balik kibaran sarungmu itu.” Dia tertawa terbahak dan kembali mengayuh sepedanya.<br />
<br />
Ya. Begitulah keseharianku dengan loper koran saat menyambut pagi. Semacam ucapan selamat datang kepada matahari. Loper koran itu adalah salah satu penggemar Joko Pinurbo yang tergila-gila dengan sarung, bantal, ranjang bahkan sampai ke celana dalam. Jadi jangan kaget jika terkadang otaknya tersumpal kutang. Hahaha... aku tidak sedang menghinanya. Inilah bentuk apresiasi seseorang kepada sahabatnya. Aku yakin, dia akan tersenyum membaca apa yang baru saja kutuliskan.<br />
<br />
“Dua Ekor Anjing Mati di Semak-Semak”. Judul berita yang menjadi headline itu sontak membuat mataku keluar dari sarangnya. Bukankah baru semalam kulihat dua ekor anjing di tempat yang sama sedang berbuat dosa terindah? Aku bahkan masih ingat warna kulitnya yang putih kecoklatan. Juga suara desahan itu, benar-benar masih menggerayangi kedua telinga. Sampai-sampai terbawa mimpi, dan esok harinya harus kurelakan tubuhku diguyur air yang begitu dingin dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ya. Aku menjadi saksi sekaligus penikmat dari perbuatan kedua anjing yang mati disemak-semak seberang jalan. Dan dengan begitu, aku pun juga sedang mengaliri nafsuku dengan asupan secangkir nanah kecoklat-coklatan. Dosakah? Tentu. Bahkan matak sejatinya ingin dibutakan setelah melihat peristiwa malam itu. Sepadankah mata menuntut buta hanya karena melihat sesuatu yang menyenangkan? Sebuah pertanyaan konyol yang terus saja menghunjam otakku yang mulai dijejali air liur setan.<br />
<br />
***<br />
<br />
Dadaku masih bergetar hebat. Secangkir kopi panas kusambar cepat. Tak terasa panasnya di bibirku yang beku. Sebatang rokok kuhisap dalam-dalam, kepulan asap keluar dari kedua lubang hidung dan berlanjut lewat mulut yang sedari tadi merasakan kecut. Lembar demi lembar koran terjatuh di lantai. Meski aku adalah penggemar koran, tapi bukan berarti menjadi pembaca yang baik. Tidak semua berita di dalamnya kubaca. Hanya beberapa saja yang memang sekiranya menumbuhkan rasa penasaran. “Ditemukan Mayat di Dalam Got”. Ah, entah apa yang ada di kepala ini sehingga sangat tertarik dengan hal-hal berbau kematian. Okelah. Sekali lagi berita tentang kematian berhasil memantik rasa penasaranku.<br />
<br />
Mayat tanpa identitas ditemukan di sebuah got tengah kota. Ciri-cirinya: terakhir memakai kaos oblong warna putih kumal, umur diperkirakan enampuluh tahun dan membawa foto seorang anak lelaki. Di belakang foto itu ada sebuah tulisan yang menjelaskan bahwa itu adalah foto anaknya. Ya, Tuhan. Ciri-ciri mayat itu sama persis dengan seorang kakek yang kutemui beberapa hari lalu. Seorang kakek yang mencari anak semata wayagnya yang sejak beberapa tahun terakhir tidak memberi kabar.<br />
<br />
Berita itu pada akhirnya mengingatkanku kepada Pak Tarjo. Beberapa hari lalu aku tidak sengaja bertemu dengannya di taman tengah kota. Umurnya enampuluhan, baju yang dipakai juga kaos oblong warna putih, bahkan dia juga sedang mencari anaknya yang tidak pernah pulang semenjak beberapa tahun terakhir. Apakah ini sebuah kebetulan saja? Atau memang mayat itu adalah mayat Pak Tarjo? Otakku dipenuhi benang-benang merah yang saling berhubungan mesti terlihat semrawutan. Tiba-tiba aku merasa menjadi seorang detektif yang sedang menangani kasus pembunuhan besar. Dari berita itu sama sekali tidak ditemukan identitas diri. Tak ada dompet ataupun barang berharga lainnya. Polisi pun mencurigai mayat itu adalah korban pencurian dengan kekerasan yang berujung kepada kematian. Tapi anehnya tidak ditemui luka tikaman benda tajam. Hanya ada sedikit lebam di muka.<br />
<br />
Hari ini benar-benar terasa seperti mimpi saja. Semua serba kebetulan. Mulai dari dua ekor anjing mati di semak-semak sampai ditemukannya mayat di got. Kepala ini mulai terasa pusing. Rasa kantuk tiba-tiba saja menyerang dengan hebatnya. Aku putuskan untuk masuk ke kamar. Sekadar ingin merebahkan tubuh yang lelah. Kebetulan hari ini hari minggu. Jadi tak ada jadwal kerja.<br />
<br />
***<br />
<br />
Malam itu hawa dingin mendekap kota. Kulintasi jalan dengan sepeda motor. Jalanan yang sepi sebab sudah larut malam. Meskipun demikian, sesampainya di sebuah jalan yang dikenal sebagai jalan pelacur, banyak paha-paha berkeliaran. Wanita-wanita dengan belahan dada yang menyembul keluar, dan banci-banci yang menjulurkan lidahnya seperti mengisyaratkan untuk mengajak melakukan sesuatu. Sesuatu yang kuyakin banyak lelaki yang sudah paham apa maksudnya. Ah, bumi ini memang wanita jalang seperti kata Subagio dalam puisinya. Pemabuk wara-wiri sambil sesekali merayu pelacur. Sebuah pemandangan yang mudah ditemui di jalanan ini. Pelacur tak mau kalah, dia tak rela tubuhnya dipegang-pegang tanpa diberi uang. Lagi-lagi uang menjadi raja. Tak sedikit pula gerombolan remaja yang asyik memadu kasih dengan pasangannya. Nongkrong di atas motor, sedang seorang wanita di belakangnya memeluk sambil menciumi leher kekasihnya, tangannya menyelinap di balik kibaran celana jeans itu. Gila! Aku hanya bisa menelan ludah. Ada keinginan berhenti sejenak untuk setidaknya melihat tontonan gratis itu. Tapi kubuang jauh pikiran itu. Ujungnya nanti hanya membuatku harus mandi lagi pagi-pagi buta setelah memimpikan sesuatu yang menggetarkan sekujur badan.<br />
<br />
Beberapa meter di depan, kulihat Pak Tarjo sedang bercengkerama dengan seorang remaja. Bukan cengkerama yang hangat nampaknya. Terlihat seperi cek-cok seroang anak yang sedang meminta uang kepada ayahnya. Apakah remaja itu adalah anak Pak Tarjo yang sedang dia cari? Jika memang benar, maka aku tidak akan segan menyebut dia seorang anak tak tahu diri, atau bahkan aku akan katai dia dengan sebutan bajingan! Tapi tunggu sebentar. Bukankah aku juga pernah merengek meminta uang kepada bapakku untuk membeli motor? Bahkan sampai membentak beliau. Kalau begitu, aku ini juga tak lebih baik dari remaja yang kusebut bajingan tadi. Hahahah... seorang bajingan yang mengatai orang lain dengan kata bajingan. Ya, Tuhan. Sungguh kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain sudah menggerogoti jiwaku ini.<br />
<br />
Malam semakin dingin. Kulaju motor dengan kecepatan di atas 80km/jam. Rasanya ingin segera sampai rumah. Ingin lekas bertemu dengan bapakku dan meminta maaf atas kesalahan anaknya ini. Kesalahan yang pastinya sangat banyak.<br />
<br />
Di sebuah pertigaan tiba-tiba sebuah mobil memotong jalan, dan..., “Braaakk!!!”.<br />
Semua jadi gelap seketika. Di dalam kegelapan itu datang seseorang berjubah yang mendatangiku.<br />
<br />
“Mari kuajak melihat sesuatu, Nak.”<br />
<br />
Ya, Tuhan. Siapa orang ini. Dia mengajakku terbang. Ya! Terbang!<br />
<br />
“Apakah aku sudah mati? Mau kau ajak kemana aku?”<br />
<br />
Orang itu hanya tersenyum. Tak selang beberapa lama, entah bagaimana bisa, aku sudah berada di tempat Pak Tarjo yang sedang cek-cok dengan anaknya. Dari atas sini bisa kulihat dengan jelas percek-cokan anak dengan ayah itu. Terlihat keduanya saling berselisih dengan sesekali mengeluarkan kata-kata yang tajam. Pak Tarjo dengan wajah keriputnya sesekali mengusap airmata yang terjatuh di matanya yang sudah remang-remang. Menit-menit berikutnya menjadi menit-menit yang menegangkan sekaligus menguras kemarahan di dalam diri. Menyulut gelora emosi hingga membakar seisi hati. Anak itu mulai melakukan hal yang di luar batas. Dia mengambil paksa dompet di dalam saku ayahnya yang sudah renta. Pak Tarjo menolak. Dengan sisa-sisa tenaganya yang tentu jelas kalah dengan seorang pemuda dia mencoba meronta. Bukannya semakin iba, justru anaknya semakin belangsak. Dia pukul Pak Tarjo berulang kali. Hingga akhirnya terjatuh di sebuah got. Setelag itu, dia mengambil dompet, juga jam tangan yang dipakai Pak Tarjo. Sebuah foto tak lepas dari penglihatannya yang seperti macan kelaparan atau lebih tepatnya seperti anjing gila. Diremas foto itu dan dibuang begitu saja di samping tubuh renta yang sudah tak berdaya. Anak itu pergi meninggalkan ayahnya yang sekarat. Pak Tarjo mengambil foto itu dan digenggam erat sampai akhrinya napasnya terhenti.<br />
<br />
Mataku terbelalak melihat kejadian itu. Jadi mayat di got dalam berita yang kubaca tadi adalah memang mayat Pak Tarjo? Pertanyaan itu menyentak, menyeruak di kepala.<br />
<br />
“Ya. Kau benar, Nak. Mayat itu adalah Pak Tarjo. Seorang bapak yang mencari anaknya, dan setelah bertemu, justru anaknya pulalah yang mengantarkannya kepada kematian. Mari kita ikuti anak itu.” Orang berjubah putih lalu menggandengku. Mengajakku mengikuti anak belangsak yang baru saja membunuh ayah kandungnya.<br />
<br />
Pikiranku masih berkecamuk. Dalam suasana yang membuat hati teriris, ada sesuatu yang lagi-lagi membuat bertanya-tanya. Bagaimana mungkin orang berjubah putih itu bisa tahu apa yang ada di dalam kepala ini? Apakah dia bisa membaca pikiran. Pertanyaan demi pertanyaan yang gaib silih berganti menghunjam.<br />
<br />
“Sudah, Nak. Jangan dipikirkan. Semua sudah terjadi. Mari kita lihat cerita selanjutnya. Apa yang anak durhaka itu lakukan dengan uang hasil dari membunuh bapaknya.”<br />
<br />
Di tepi jalan, anak Pak Tarjo menghampiri salah satu pelacur. Terjadilah negosisai. Entah apa yang mereka bicarakan. Yang jelas, aku tahu pasti kalau uang itu akan digunakan untuk menyewa pelacur. Dasar anjing! Uang yang di dompet rampasannya tak seberapa rupanya. Hanya beberapa ratus ribu. Terjadi tawar-menawar yang alot. Sampai akhirnya, pelacur itu mau dibayar hanya dengan uang seratus ribu rupiah. Waw! Hanya dengan seratus ribu rupiah bisa mendapatkan tubuh! Tapi tak heran, bukankah bahkan banyak di luar sana yang bersedia memberikan tubuh kepada pacarnya hanya dengan dasar suka sama suka? Bahkan tak sedikit yang berujung kepada kehamilan dan mengugurkannya. Mereka berdua lalu berjalan ke semak-semak seberang jalan. Rasanya tak bisa menyewa kamar untuk melakukan hubungan badan. Akhirnya kedua anjing itu melakukannya di balik semak-semak dengan alas sarung. Gila! Kalian tahu apa yang terjadi? Setelah beberapa menit melakukan hubungan badan, keuda anjing itu kejang-kejang. Tak lama kemudian, malaikat maut mencabut nyawa keduanya tanpa belas kasihan. Ya, Gusti, jadi....<br />
<br />
“Ya, kau betul, Nak. Kedua anjing yang mati di semak-semak itu adalah anak Pak Tarjo yang sedang berhubungan badan dengan seorang pelacur,” ucap orang berjubah putih sambil menepuk pundakku.<br />
<br />
“Sudah cukup kuajak kau melihat cerita dari langit ini, Nak. Bersyukurlah karena kau menjadi salah satu orang terpilih yang diizinkan untuk melihat cerita ini. Pulanglah.”<br />
<br />
***<br />
<br />
“Ayolah bangun, Suf. Apa kau tak mau lagi kuantarkan koran di pagimu? Apa kau tak rindu denganku yang selalu mengahantam burung mungil di sangkarmu itu dengan gulungan koran?” Suara dari Indra menyelinap di telingaku.<br />
<br />
“Jangan asal ngomong. Burungku gak mungil. Kau mau lihat?”<br />
<br />
“Alhamdulillah Gusti. Matur nuwun sudah Kau kabulkan doa-doaku.” Indra memelukku. Airmatanya meleleh melihat aku yang sadarkan diri.<br />
<br />
Sebuah pukulan ringan kudaratkan tepat di pusakanya, “Ternyata burungmu jauh lebih mungil dariku.”<br />
<br />
Kami pun tertawa terbahak-bahak. Tak ada rasa sakit yang kurasakan. Hanya kejadian yang baru saja kualami dengan seorang berjubah putih itu masih menancap kuat di kepala.<br />
<br />
“Syukurlah, Suf. Sudah hampir dua hari kau tak sadarkan diri setelah kecelakan malam itu. Bapakmu terus-terusan menunggumu di sini sambil membacakan Al-Qur’an. Bersyukurlah mendapatkan ayah sehebat itu.”<br />
<br />
***<br />
<br />
“Begitulah garis besar novel saya. Sebuah novel yang terinspirasi dari perjalanan gaib yang menceritakan cerita dari langit. Sebuah cerita yang selalu tertanam dalam benak sampai detik ini. Sebuah cerita yang membuat saya menjadi sadar betapa besar kasih sayang seorang ayah kepada anaknya. Dan sebuah cerita tentang realita kehidupan kota di bumi yang seperti wanita jalang ini. Tentu juga cerita tentang burung mungil di balik kibaran sarung seorang loper koran...”<br />
<br />
Tepuk tangan bergema di dalam gedung ini. Beberapa orang tertawa lepas. Kulihat Indra menutupi wajahnya yang mulai merah.<br />
<br />
“Bukan semata karena novel berjudul “Cerita Dari Langit” yang akhirnya menjadi best seller ini yang menbuat saya merasa puas. Tapi lebih dari itu, lewat novel ini pula saya merasa menjadi orang yang beruntung karena terlahir dari seorang ayah yang luar biasa. Yang masih menyayangi bajingan kecil ini sepenuh hati meski sering memeras uang darinya. Terimakasih, Pak. Anakmu tak akan lagi memerasmu. Juga kepada seseorang berjubah putih yang telah mengajak melewati perjalanan gaib dan menceritakkan cerita dari langit. Bersyukurlah saya karena sudah diizinkan bertemu dengannya sehingga novel ini tercipta. Juga buat loper koran yang setia mengantarkan koran ke rumah. Tanpa jasanya, aku akan ketinggalan berita. Tentu juga untuk Alm. Pak Tarjo yang insyaallah tenang di alam sana dan mendapat tempat terindah. Aamiin. Dan terkahir yang paling utama tentu rasa syukur kepada Allah Sang Penguasa Langit dan Bumi yang masih memberikan waktu untuk bernapas. Tak ada sesuatu hal yang mustahil dari-Nya. Kun Fa Ya Kun. Pesan saya buat rekan-rekan semua, hargailah kedua orang tuamu. Jangan jadikan mereka sebagai sapi perahan. Dan ingatlah, masih banyak cerita dari langit yang tersembunyi. Setelah kematian ada kehidupan langit yang kekal. Terimkasih buat rekan-rekan semua. Semoga novel saya ini bisa menjadi tulisan yang bermanfaat buat kalian.”<br />
<br />
Susana hening seketika. Ruangan ini terasa sunyi. Kulihat kembali orang berbaju putih itu tersenyum diantara ratusan orang yang menghadiri bedah karya novelku yang berjudul “Cerita Dari Langit."<br />
<br />
“Luar biasa. Ternyata novel ini terinspirasi dari perjalanan gaib penulisnya. Penulis yang masih muda dan penuh talenta. Mari berikan tepuk tangan kepada Yusuf Ahmad Farizki,” ucap pembawa acara.<br />
<br />
Ruangan seketika riuh kembali dengan tepuk tangan. Orang berjubah putih itu pun hilang bersamaan dengan audiens yang berdiri memberikan standing aplause.<br />
<br />
Yogya, 2016</div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-16230865079648969642017-10-25T12:43:00.000+07:002017-10-25T12:43:09.335+07:00Pelacur Itu Mendapat Gelar Ibu Indonesia<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUr6LlL4uZcxGpYf2wodWuf1FP5CvvmXLvsMTviz9UPZ9MHeYVkSpgVqZMwWDXxC3UrVKMyCNMyysZ4KX3hLXFEefdiTdgQL4Ny4dLatTEBnM_tQECk25DCabrbFu8b4R6r4eZvWeagwU/s1600/cerita-istri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="332" data-original-width="500" height="212" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUr6LlL4uZcxGpYf2wodWuf1FP5CvvmXLvsMTviz9UPZ9MHeYVkSpgVqZMwWDXxC3UrVKMyCNMyysZ4KX3hLXFEefdiTdgQL4Ny4dLatTEBnM_tQECk25DCabrbFu8b4R6r4eZvWeagwU/s320/cerita-istri.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber Gambar: kabarmuslim.com</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
“Dengan tubuhnya yang gempal perempuan itu memecah batu, dengan tubuhnya yang tebal ia seorang pelacur.<br /><br />Namanya Nur Hidayah, 35 tahun, kelahiran Tulungagung, Jawa Timur. Ia seorang istri yang ditinggalkan suami (meskipun mereka belum bercerai), ia ibu dari lima anak yang praktis yatim.”<br /><br />Dua paragraf itulah yang mengawali tulisan Goenawan Mohammad pada majalah Tempo Senin, 15 Desember 2008. Tulisan berjudul “Pelacur” tersebut bisa jadi adalah tulisan demi menyambut Hari Ibu yang jatuh di setiap bulan Desember. Goenawan Mohammad seolah ingin mencoba menerangi lorong gelap dengan rangkaian kata-katanya atau bisa juga mengajak melihat kegelapan dari sisi yang terang.<br /><br />Di akhir tulisannya, Goenawan Mohammad dengan tegas mengatakan, “Bagi saya ia Ibu Indonesia Tahun 2008. Setidaknya ia kisah tentang harapan dalam hidup yang remang-remang. Memang tuan dan nyonya yang bermoral mengutuknya. Memang polisi merazianya dan para preman memungut paksa uang dari jerih payah di Gunung Bolo itu. Tapi Nur tahu bagaimana tabah. Kebaikan hati bukan mustahil.”<br /><br />Ya. Seorang pelacur dinisbatkan menjadi Ibu Indonesia 2008 atas dasar kegetiran hidup yang tetap dijalani dengan ketabahan demi masa depan anak-anaknya. Dari sudut perjuangan, tentu Nur Hidayah adalah sosok pejuang tangguh bagi anak-anaknya. Tapi, dari sudut yang lain, apakah seroang pelacur pantas dikatakan sebagai pejuang? Dengan sudut agama misalnya, tentu akan terjadi kesepakatan bahwa pelacur adalah orang yang melakukan pekerjaan yang hina. Lantas, apakah pantas gelar Ibu Indonesia diberikan kepada seseorang yang melakukan pekerjaan yang hina?<br /><br />Benturan sudah pasti terjadi, antara sisi kemanusiaan dan sisi keimanan. Tiba-tiba di telinga terngiang lantun lagu “Kupu-Kupu Malam” yang didendangkan Titiek Puspa. Ya, lagu ini secara tidak langsung pun ingin mengatakan bahwa, “Menjadi pelacur bukanlah pilihan, tapi sebuah keterpaksaan memilih.” Berbicara terpaksa memilih tentu tak lepas dari pertanyaan, “Siapa yang memaksa?”<br /><br />Kembali ke Nur Hidayah seorang pelacur beranak lima. Meminjam lirik dari lagu “Kupu-Kupu Malam”, Dosakah yang ia kerjakan, sucikah mereka yang datang? Pertanyaan itu sempat kontroversial dan membuat lagu tersebut dipuji sekaligus dicaci. Lagi-lagi dua sisi berbenturan, sisi kemanusiaan berperang dengan keimanan dan membuat dada bergemuruh, hati berkecamuk dan nalar bercabang. Dosakah? Tentu sisi keimanan akan tegas mengatakan: Dosa! Berbeda dengan sisi kemanusiaan yang menempatkan pertanyaan itu pada tempat yang remang-remang.<br /><br />Keremangan itu barangkali muncul dari lirik lagu selanjutnya: Yang dia tahu Tuhan penyayang umat-Nya, yang dia tahu hanya menyambung nyawa. Sebuah pembenaran dari ketidakbenaran, kah? Dari sinilah sisi kemanusiaan semakin menonjolkan diri, toh ia melacur untuk menyambung nyawa, toh ada juga pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing. Itulah jawaban dari pertanyaan sebelumnya, “Siapakah yang memaksa?”. Yang memaksa adalah keadaan! Senada dengan Goenawan Mohammad yang melihat Nur Hidayah dari sisi kemanusiaan. Manusia yang tidak berdaya menghadapi keadaan. Keadaanlah yang memaksanya menjadi pelacur demi mencukupi kebutuhan lima anaknya.<br /><br />Nur Hidayah sejatinya adalah nama yang anggun. Dan tentu orangtuanya tidak asalah memberinya nama Nur Hidayah. Nur adalah cahaya, dan hidayah adalah petunjuk. Petunjuk kepada cahaya, sungguh sesuatu yang luar biasa. Setidaknya ia menjadi petunjuk dan cahaya bagi gelapnya sisi kemanusiaan.<br /><br />Berbicara kemanusiaan, sesuatu yang perlu dipertanyakan ketika seorang atas nama kemanusiaan dengan getol membela pelacur sebagai korban keadaan namun tidak memberikan solusi apa-apa kepadanya. Ya, sekedar membela demi menunjukkan sisi kemanusiaanya. Mungkin pembelaan seperti itu bukanlah hal penting lagi bagi para pelacur. Sebab mereka melacur demi uang untuk kehidupan, lantas kenapa tidak memberikan mereka uang atau pekerjaan untuk keluar dari pelacuran? Bukankah itu akan lebih manusiakan dari sekedar pembelaan? Begitu juga dengan gelar Ibu Indonesia yang tak akan merubah apa-apa jika Nur Hidayah tetap melacurkan diri. Dia akan tetap menyandang sebutan pelacur yang selama ini sering menjadi pemantik api peperangan antara sisi kemanusiaan dan sisi keimanan.</div>
<br />Lantas, mau berada di sisi mana kita?<br /><br />Sebelum habis tinta pena ini, sebuah puisi dari Taufik Ismail berikut rasanya perlu untuk menjadi renungan.<br /><br />Doa Terakhir Seorang Pelacur<br />Oleh: Taufik Ismail<br /><br /><i>luka apa saja yang kami teguk bersama malam<br />sedih apa saja yang kami telan besama embun<br />nikmat apa saja yang kami sambut bersama subuh<br />bahagia apa saja kami sajikan pada pagi<br /><br />hari ini kami berdoa<br />tuhan, belailah rambut leleki<br />tuhan, tunjukkanlah jalan lelaki<br />tuhan, murahkanlah rezeki lelaki<br />tuhan, lembutkanlah hati lelaki<br /><br />hari ini kami juga berikrar<br />tiada sakit yang mendera<br />tiada obat yang sakti<br />tiada dokter yang murah<br />tiada rumah sakit yang sehat<br /><br />hari ini kami bersedih<br />tiada pelukkan pada azan<br />tiada ciuman pada sejadah<br />tiada doa pada tadah<br />tiada minta pada permintaan<br /><br />pada perjalanan menuju ke sebuah liang<br />kami tersenyum mendengar haru<br />kanapa air mata terlalu murah<br />mungkin karena luka mereka yang menarah<br /><br />doa terakhir kami kepadamu<br />terima kasih sudah mempersiapkan neraka</i><br /><br /><div style="text-align: justify;">
Semoga saja Nur Hidayah sedang merapal doa-doa demi terbebas dari jerat keadaan yang memaksanya melacurkan diri. Semoga sisi kemanusiaan tetap sejalan dengan keimanan dan para pelacur kembali sadar untuk menempuh jalan yang benar tanpa lagi ada alasan "terpaksa memilih".</div>
<br />Yogya, 2016<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<i>Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk
teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak
Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan
komentar serta like fans detiksisa. Semoga Anda juga
mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.<br /><br />“Barangsiapa yang memberi petunjuk atas kebaikan, maka
baginya adalah pahala seperti orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR
Muslim) </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i> </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Setiap artikel di blog ini murni hasil karya : Dhedi R Ghazali </i></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-15834073529632308232017-10-24T12:33:00.004+07:002017-10-24T12:33:57.344+07:00Cerpen Dhedi R Ghazali: Sebotol Napas untuk Kekasihku<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://cdn.pixabay.com/photo/2017/09/30/02/24/fireflies-2801047_960_720.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="180" src="https://cdn.pixabay.com/photo/2017/09/30/02/24/fireflies-2801047_960_720.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Picture: pixabay.com</td></tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiara sayang. Tiara yang berwajah manis dan terang. Aku tidak sedang ingin mengirimimu sebatang coklat berpita merah jambu. Aku juga tidak sedang ingin memberimu sekuntum bunga berwarna merah hati. Surat ini juga bukan surat cinta berisi kata-kata yang lugu dan sendu. Tak ada juga aroma parfum Perancis dan gambar dua tanda tanya yang bertangkupan. Aku menulis surat ini di saat malam sudah hamil tua, di tengah kesepian dan taburan bintang-bintang yang berwarna-warni di altar langit yang hitam keabu-abuan. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi, tapi aku tak peduli. Bahkan dingin yang menyesap tulang-tulangku terasa menenangkan dan menghangatkan.<br /><br />Tiara yang cantik dan akan selalu cantik. Bersama ini kusertakan beberapa helai nafasku yang terengah dan detak jantungku yang menggantung di dinding-dinding sebuah botol kaca yang bening. Kusertakan pula sepasang kunang-kunang yang cahayanya berwarna merah saga. Biar saat malam tiba, ia berkerlap-kerlip di sudut kamarmu. Agar tak lagi ada kegelapan yang membuatmu ketakutan. “Brangkali cahaya kunang-kunang itu bisa menjadi pengganti lampu tidurmu,” pikirku saat itu.<br /><br />Tiara yang manis, akan kuceritakan bagaimana aku bisa memasukkan helai napas dan detak jantung di botol kaca itu. Suatu hari, di tengah gerimis yang tipis dan angin yang menelusup di daun-daun, aku duduk di sebuah bangku di bawah cahaya kuning lampu kota. Tiba-tiba aku teringat namamu. Kutuliskan sebuah puisi di sebuah kertas yang setiap hari kubawa. Kata demi kata seperti mengalir begitu saja. Kata yang penuh kerinduan. Kata yang penuh keheningan, yang dingin dan beku. Lembar demi lembar kertas terisi dengan loncatan huruf-huruf yang satu dengan yang lain mencari pasangannya masing-masing. Huruf-huruf itu kawin dan mulai beranak pinak. Membuat suatu koloni yang membentuk deretan kata dan deretan kata membentuk baris-baris dan bait-bait. Dalam beberapa menit saja ratusan huruf dan puluhan bait sudah terlahir. Bagaimana jika satu jam? Satu hari?<br /><br />Aku tak peduli dengan gerimis. Tintaku tak akan luntur jika hanya terkena gerimis. Hingga pada akhirnya, sebelum sempat puisi itu selesai, hujan deras menghunjam dengan penuh kesombongan. Tintaku tak diciptakan untuk melawan hujan. Kau tahu apa yang terjadi? Puisi-puisi yang hampir jadi itu tak hanya luntur. Hujan membuatnya menjadi seperti bubur hingga tak ada satu hurufpun yang tersisa. Maafkan aku, sebab aku tak sempat menyimpannya kembali di dalam tasku.<br /><br />Nafasku mulai terengah menahan marah. Detak jantungku berdegup kencang. Aku tak pernah mengerti kenapa nafas ini seperti sedang kehilangan sesuatu. Bukankah hanya sebuah puisi yang hilang? Ah. Tidak, Tiara! Yang kutulis bukan sekadar puisi. Puisi tak cukup untuk bisa menyampaikan kata-kata yang tak sempat kutuliskan dan kubacakan padamu. Puisi tak akan pernah bisa mewakili kata hati dan juga ketulusan serta keikhlasan. Tidak semua orang suka puisi dan tidak semua orang mau membacanya. Mungkin bisa jadi kau adalah salah satu dari yang banyak itu. Aku tak akan memaksamu untuk suka dengan puisi. Aku juga tak akan membiarkan puisi memaksamu untuk bisa jatuh cinta padaku. Biarkanlah cinta itu datang melewati jalan yang memang sudah ditentukan. Jalan yang mungkin saja terjal dan penuh kerikil tajam. Aku tak tahu. Sebab yang ada dipikiran manusia hanyalah kemungkinan-kemungkinan.<br /><br />Dari kejauhan, kulihat seorang lelaki dengan baju compang-camping mendekat ke arahku. Dari penampilan yang seperti itu, aku menebak dia adalah orang gila. Tapi benar kata orang, jangan lihat seseorang dari penampilan luarnya saja. Tiara, ternyata meski dia tampak gila nyatanya dia tak gila seperti yang kukira.<br /><br />Bahkan lebih waras dariku. “Masukkan nafas-nafasmu di botol ini!” Tangannya yang dekil itu menyodorkan sebuah botol yang terbuat dari kaca. Aku sempat berpikir lagi bahwa lelaki ini gila. Bagaimana mungkin kumasukkan helai nafas-nafasku di botol ini? Untuk apa juga memasukkannya?<br /><br />“Helai nafasmu lebih bisa mengungkapkan segalanya daripada kata-kata yang makna dan artinya bisa berubah di setiap kepala yang berbeda. Kata-kata bisa berdusta, tapi helai nafas tak akan pernah mau berdusta,” orang yang kukira gila ini mulai menceramahiku.<br /><br />Ia lantas pergi begitu saja tanpa menoleh ke belakang. Aku yang masih marah dengan nafas terengah, kembali sendirian. Kau harus percaya ini Tiara. Botol itu menyedot setiap nafasku yang berjejalan keluar dari hidung dan mulut. Kulihat mereka menempel di dinding-dinding botol itu. Aku bahkan bisa mendengar desir suaranya membacakan puisi yang kubuat untukmu. Apakah aku sudah gila Tiara?<br /><br />Lampu kota itupun tiba-tiba bisa berbicara padaku. Ternyata ia tak seperti yang kuduga. Cahanya yang kekuningan penuh ketenangan, tak seperti nada bicaranya yang penuh ketegasan.<br /><br />"Dekatkan botol itu padaku. Biarkan kumasukkan seberkas cahayaku ke dalamnya. Biar nafasmu tak cemas di dalam kegelapan dan tak pula kedinginan," ucap lampu kota itu.<br /><br />Aku pun lantas mendekatkan botol itu. Tiba-tiba kerlap kerlip cahaya masuk ke dalamnya. Seperti puluhan kunang-kunang yang memamerkan keindahannya. Indah Tiara. Sangat indah.<br /><br />Hujan pun reda. Lampu kota itu diam saat kutanya, "Harus kuapakan botol ini?"<br /><br />Aku pun mulai mengingat-ngingat apa yang baru saja terjadi. Semakin kucoba mengingatnya, malam semakin putih saja. Subuh yang muram pun datang. Aku bergegas menyambutnya yang sudah menungguku di sebuah surau di sudut kota ini.<br /><br />Yogya, 2017</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br /><br />“Barangsiapa yang memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim) </i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-5404922243356150302017-10-22T16:17:00.001+07:002017-10-22T16:19:23.958+07:00Puisi Dhedi R Ghazali: Aku, Waktu dan Kehidupan<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtjQZQh8VP9376tZEsM8vVdPkjygRdkvTICzcGnk1zsvlyKlGd8gmDp7_Aj1CT7MCG3xwuZmthLEHXYi_gaakQkWjE09zeXdEpSqHNz4z8tS09L1vmUC8lp-SNLKTU_ondX1_H68qRQX0/s1600/puisi-senja.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="330" data-original-width="500" height="211" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhtjQZQh8VP9376tZEsM8vVdPkjygRdkvTICzcGnk1zsvlyKlGd8gmDp7_Aj1CT7MCG3xwuZmthLEHXYi_gaakQkWjE09zeXdEpSqHNz4z8tS09L1vmUC8lp-SNLKTU_ondX1_H68qRQX0/s320/puisi-senja.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber Gambar: ornamenkehidupan.blogspot.com</td></tr>
</tbody></table>
<b> /1/</b><br />
<b>Pesta Jalanan</b><br />
<br />
Pesta jalanan yang tak pernah usai:<br />
Maghrib yang lirih, roda-roda menderu,<br />
berputar terburu-buru. Lampu-lampu<br />
laiknya bintang berjatuhan di aspal-<br />
aspal yang sudah lama saling kenal<br />
<br />
Angin yang tak tentu arah, mengibas-<br />
kibaskan daun pohon-pohon kota,<br />
seekor kucing bunting mengendap-endap<br />
menyusup ke dalam pagar rumah tua<br />
<br />
Berpasang-pasang kekasih berwajah-<br />
wajah berbeda, tanpa ada tegur sapa<br />
: wajah yang kuning, biru dan perak<br />
<br />
Malam menggeliat, melekat pada<br />
jantung kota Yogyakarta<br />
<br />
Trotoar pengasingan, 2017<br />
<br />
<br />
<b>/2/<br />Malam</b><br />
<br />
Malam yang terjaga: jeruji besi, pintu-<br />
pintu kayu, mata di sudut-sudut ruang<br />
dan cahaya lampu terjatuh di tembok<br />
yang mengelupas.<br />
<br />
Malam yang dingin: lorong-lorong sepi,<br />
aroma tembakau, angka-angka di-<br />
dalam kepala, dan rasa<br />
kantuk di mana-mana<br />
<br />
Aku melihat bayanganku sendiri<br />
yang kadang di belakang, di depan<br />
dan di sampingku<br />
dan aku senang<br />
<br />
Yogya, 2017<br />
<br />
<b>/3/<br />Cerita Usang</b><br />
<br />
Sekali lagi aku jatuh hati<br />
pada bantaran kali<br />
Pada air yang mengalir<br />
melewati celah-celah bebatuan cadas<br />
Gemericiknya berdenyut di kepala<br />
dan cahaya yang hening<br />
menyelinap dari celah daun-daun<br />
<br />
Aroma alam : bau tanah, bau kayu-<br />
kayu yang kering dan basah<br />
<br />
Seorang pemancing tua dengan batang bambu<br />
Ikan-ikan berkecipak: ekornya merah menyala<br />
tubuhnya mengkilap keemasan<br />
<br />
Ada kesabaran yang lesap bersama asap<br />
yang beraroma kemenyan<br />
<br />
Aku sekali lagi jatuh cinta<br />
pada pendoa yang takzim bertapa<br />
di atas batu. Ia tak henti-hentinya<br />
berdoa untuk: ikan-ikan kecil<br />
riak-riak di air<br />
dan pemancing tua<br />
<br />
Yogya, 2017<br />
<br />
<b>/4/<br /> Krah Baju</b><br />
Pada akhirnya, malam benar-<br />
benar menjadi hantu:<br />
pohon-pohon diam, burung dandang<br />
haus menatap kosong<br />
<br />
Ada yang berbisik selirih napas<br />
"Sudahkah kau benarkan krah bajumu?"<br />
<br />
Cahaya lampu serupa bayanganmu<br />
malam pecah, segalanya luruh<br />
ke dalam udara. Tak ada yang<br />
perlu aku katakan: kau kudekap;<br />
kau mendekapku dan kau benarkan<br />
krah baju di batang leherku<br />
<br />
Kerinduan rebah di udara<br />
tak ada kata, tak ada bahasa<br />
tulang-tulang yang ngilu<br />
Kenangan lahir di sudut kamar<br />
berteriak tanpa suara:<br />
dingin dan hambar<br />
<br />
Yogya, 2017<br />
<br />
<b>/5/<br />Sebuah Percakapan</b><br />
<br />
percakapan pohon-pohon randu alas<br />
yang lebih diam dari kebisuan--<br />
bahasa yang tak asing di telinga:<br />
bahasa kesepian yang menelikung senja<br />
tempat tubuhku bersandar dan<br />
membagikan cerita tentang:<br />
seorang anak yang bermain ayunan<br />
di depan nisan tak bernama,<br />
seorang ibu yang menanak kesepian<br />
di belakang bukit tak bertuan<br />
<br />
(sajak-sajak paling duka keluar dari dalam gua yang menua)<br />
<br />
kelahiran yang tergesa-gesa<br />
kehidupan yang singkat dan lama<br />
kematian yang begitu sabar<br />
<br />
(kidung-kidung paling luka keluar bersama helai napas yang berdenyut)<br />
<br />
api-api kelahiran, asap-asap kehidupan, abu-abu kematian<br />
menjelma sebuah peti mati tanpa jenazah:<br />
yang diseret-seret di jalan berbatu<br />
menuju pemakaman raja-raja<br />
<br />
musim kemarau: pohon-pohon bisu<br />
senja: lampu-lampu kehilangan cahaya<br />
malam: rembulan kuning pucat<br />
<br />
percakapan musim, senja dan malam<br />
yang lebih diam dari kebisuan<br />
berbicara tentang: daun-daun gugur,<br />
ranting-ranting tua dan burung hantu<br />
yang hinggap di nisan-nisan<br />
<br />
Yogya, 2017<br />
<br />
<br />
<br />
<i>Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk
teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak
Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan
komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga
mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</i>Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-33799278021238253172017-10-22T15:10:00.001+07:002017-10-22T15:10:43.817+07:00MARSINAH<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlmPpYNSPnksLqykvSo05nZmbFoonr2U1xldQ45xIejc3lUvXYD2ZE7Kig68qD5j18ezB2v6q4jIk9l6f8rUddkWDe06uqyPjf07yEokcleMA2iXbGa8xOElMuqTD1iRx-AXDXDCOx5-I/s1600/Marsinah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="225" data-original-width="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlmPpYNSPnksLqykvSo05nZmbFoonr2U1xldQ45xIejc3lUvXYD2ZE7Kig68qD5j18ezB2v6q4jIk9l6f8rUddkWDe06uqyPjf07yEokcleMA2iXbGa8xOElMuqTD1iRx-AXDXDCOx5-I/s1600/Marsinah.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sumber: arahjuang.com</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<br />
Siapa namamu?<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Nama saya Marsinah, Tuan. Seorang buruh pabrik
arloji. Saya bekerja dari pagi hingga petang. Meskipun kerja di
pembuatan arloji, rasanya seperti waktu berputar begitu lambat. Kadang
pulang sampai petang untuk lembur. Tapi sayang, uang lembur tak
seberapa. Meski demikian, saya bersyukur karena masih bisa makan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Apakah kau sedang mengeluh dengan keadaanmu?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bukan hanya saya. Tapi teman-teman buruh lain pun sejatinya mengeluh.
Seperti kata Sapardi di puisinya, “Kami ini tak banyak kehendak, sekadar
hidup layak, sebutir nasi.” Namun ternyata rasa lapar tak cukup untuk
bisa membuat teman-teman saya berteriak menuntut kelayakan. Mereka lebih
takut ketika Bos Pabrik mengancam memecat jika terlalu menuntut
ini-itu. Padahal kami hanya ingin mendapat gaji yang pantas. Pantas
sesuai dengan waktu yang terampas. Maksud saya berbicara seperti ini
adalah ingin mengatakan bahwa derita kami sudah naik seleher, ditindas
sampai di luar batas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kau ternyata pandai bicara. Kata-katamu itu membuatku merinding.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Maaf, Tuan. Tapi itu bukan kata-kata saya. Saya hanya mengutipnya dari
seorang penyair kerempeng yang cacat mata sebelahnya. Kalau tidak salah
namanya Wijhi Thukul. Lagipula, buruh seperti saya ini mana bisa
berbicara yang nyastra. Yang ada hanya berbicara dengan hati.
Mengutarakan kegelisahan yang berasal dari perut lalu mengalir ke kepala
hingga meluber lewat mulut. Kami kadang berpikir, setidaknya bisa
menjadi sesuatu yang berarti dan sesudah itu mati.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kali ini kau mengutip kata-kata Chairil Anwar? </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Benar, Tuan. Dia adalah penyair yang saya kagumi. Saya ini buta huruf.
Kata-kata itu saya dengar dari radio. Katanya, si Binatang Jalang itu
akan jadi pahlawan dalam dunia sastra. </div>
<div style="text-align: justify;">
Kau ingin jadi Pahlawan juga?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, Tuan ini pandai bercanda. Buruh seperti saya memang mau jadi
pahlawan apa? Pahlawan pergerakan demonstran? Yang ada hanya akan
diburu. Dikejar sampai liang lahat oleh aparat. Lagipula—kali ini saya
kutip perkataan Galileo—“Tak berbahagialah negeri yang memerlukan
pahlawan.” Seseorang bisa disebut Pahlawan dan dikenang setelah ia
meninggal lalu mayatnya dikubur di taman makam Pahlawan. Sedangkan saya?
Bahkan sering gelisah karena takut mayat saya tak pernah diketemukan
oleh sanak-saudara. Membusuk begitu saja dengan tanah kembali ke Illah.
Lagipula, saya lebih suka dikenang lewat puisi Sapardi. Betul kata dia,
dan barangkali sama dengan apa yang ada di pikiran, Tuan, bahwa saya
suka merebus kata hingga mendidih lalu menguap ke mana-mana.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> Lalu, sekarang kau sedang berada di mana, surga atau neraka?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Tuan ini apakah malaikat? Kalau iya, jangan usir saya ke dunia lagi.
Saya tak tahu apakah ini surga atau neraka. Yang saya tahu hanya bahwa
dunia di luar sana adalah neraka bagi saya. Di sana pula saya disekap,
diikat di kursi, diacak-acak selangkangannya, dan dipukul dengan besi
batangan.</div>
<div style="text-align: justify;">
(Tuan itu ternyata malaikat. Malaikat yang tak suka banyak berkata tapi lebih suka banyak bertanya)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kalau begitu, ayo ikut aku. Kita pergi dari tempat ini!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Memang hendak ke mana, Tuan?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Surga...</div>
<br />
Yogya, 2017<br />
<br />
<i>Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk
teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak
Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan
komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga
mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</i>Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-34922182156680881612015-09-05T08:00:00.000+07:002015-09-04T00:35:09.840+07:00Tentang Novel "Rembulan Tenggelam di Wajahmu"<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuqSqINA69acI2X-bPo-R6zNvKH3OjBdfuCwZbKntivLLTRyB_lwIV0H4Eu6TumIaiKV4TZjpuccrU-QNhvKqA2yUAN4BSIIK196AH2OHxtHf2oSj9Qi8bBZubehZf3GtGMmdZAx-YSAU/s1600/rembulan+tenggelam+di+wajahmu.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiuqSqINA69acI2X-bPo-R6zNvKH3OjBdfuCwZbKntivLLTRyB_lwIV0H4Eu6TumIaiKV4TZjpuccrU-QNhvKqA2yUAN4BSIIK196AH2OHxtHf2oSj9Qi8bBZubehZf3GtGMmdZAx-YSAU/s200/rembulan+tenggelam+di+wajahmu.jpeg" width="133" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Rembulan Tenggelam di Wajahmu</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mungkin bagi para penikmat novel
khususnya ciptaan Tere Liye, judul di atas tidaklah asing lagi.
"Rembulan Tenggelam di Wajahmu" adalah salah satu judul novel ciptaan
penulis muda satu ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
Novel tersebut bagi saya adalah salah
satu novel yang memberikan efek "boombastis". Kenapa dan bagaimana bisa?
Banyak hal yang saya dapatkan dari novel ini, selain gaya bahasa yang
menarik bahkan boleh dibilang puitis, novel ini juga menawarkan ruang
renung yang luar biasa bagi pembacanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Awal mula saya membaca
novel ini adalah berawal dari ketidaksengajaan yang mungkin saja
ketidaksengajaan itu erat hubungannya dengan isi yang disampaikan dalam
novel buatan Tere Liye tersebut. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada suatu ketika, jiwa dan
batin saya sedang dalam keadaan yang kacau balau. Permasalahan
bermunculan menghampiri tanpa jeda hingga membuat manusia bodoh ini
acapkali menyalahkan keadaan yang sedang terjadi. Singkatnya, untuk
menghilangkan penat itu saya putuskan berjalan-jalan di salah satu toko
buku di Yogyakarta. Sebenarnya maksud awal datang ke toko itu bukanlah
untuk membeli buku, hanya sekadar ingin berjalan-jalan saja. Di salah
satu rak buku dimana kumpulan novel Tere Liye dipajang, mata ini
langsung tertuju pada buku dengan sampul berwarna merah menyala yang
berjudul "Rembulan Tenggelam di Wajahmu". Terlanjur tertarik, akhirnya
saya lihat sampul bagian belakang dan membaca sinopsis yang ada. Entah
kenapa, tiba-tiba saja ada terdengar bisikan mengatakan "Belilah dan
bacalah! Kau akan menyukainya". Memang selama ini salah satu hobi saya
adalah membaca novel, jadi tanpa pikir panjang akhirnya saya putuskan
untuk membeli novel tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di rumah, novel itu
tidak langsung saya baca. Malam hari sekitar pukul 11 malam, karena
belum bisa tidur sebab kepenatan yang masih saja menghantui akhirnya
saya membacanya. Satu lembar, dua lembar, terlihat isi novel biasa-biasa
saja. Anehnya, hati ini seolah memaksa untuk tetap melanjutkan membaca.
Lembar demi lembar terbuka, setiap lembar menyuguhkan rangkaian kata
dan cerita yang begitu menarik. Ya, begitu menarik karena apa yang
diceritakan ternyata tidak jauh beda dengan apa yang sedang saya
rasakan. Tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada di otak manusia selama
menjalani kehidupan. Pertanyaan tentang hidup dan kehidupan itu sendiri,
tentang keadilan dan kekuasaan Tuhan serta tentang sebuah kesempatan.
Dengan waktu 2 jam novel ini selesai saya baca.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah selesai
membacanya, batin mulai bergejolak. Mungkin saja ini adalah cara Tuhan
untuk menjawab pertanyaan yang ada di benak selama ini. Jawaban dari
Tuhan yang akhirnya saya temukan lewat perantara novel berjudul
"Rembulan Tenggelam di Wajahmu". Ya, seperti halnya Rey(tokoh utama
dalam novel) yang diberi kesempatan untuk bertanya 5 pertanyaan dan
diberikan 5 jawaban, setidaknya seperti itulah yang sedang terjadi pada
saya sewaktu membaca novel ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Lalu apa yang istimewa? Dari
cerita di atas, ada hal yang sangat bermakna yang saya dapatkan.
Ternyata memang Tuhan mempunyai banyak cara yang tak terduga untuk
menjawab keluh kesah umatnya. Itulah yang penting. Selama ini kita
acapkali menyalahkan keadaan yang berujung kepada pikiran bahwa Tuhan
tidak adil. Dimanakah Tuhan saat kita dalam kesulitan? Saat batin dan
jiwa dilanda kepenatan, atau saat permasalahan demi permasalah
menghampiri hidup? Seharusnya pertanyaan itu tidak layak untuk muncul di
benak manusia, sebab satu hal yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah
mendzalimi umatnya. Seharusnya manusialah yang dituntut untuk "peka"
terhadap keadilan dan kasih sayang Sang Pencipta. Rembulan yang
tenggelam di wajah manusia bukanlah karena-Nya, namun karena perbuatan
manusia itu sendiri. Tak seharusnya rembulan itu tenggelam di wajah jika
saja kita mampu menikmati betapa indahnya rembulan itu dengan mata
kita, bukan justru dengan menundukkan wajah. Ingatlah bahwa apa yang
terjadi memanglah sudah digariskan oleh-Nya, tapi semua akan tetap
berdasar hukum sebab-akibat. Sesuatu yang terjadi bukanlah tanpa sebab
dan setiap sebab pastilah akan menimbulkan akibat, dan yang perlu kita
tahu adalah bahwa akibat tidak selalu negatif, tinggal bagaimana kita
menyikapinya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Gubuk, 2015</div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-85206175842740187122015-09-04T00:27:00.000+07:002015-09-04T00:27:03.488+07:00Kumpulan Puisi Inspiratif <div style="text-align: justify;">
Daun Mana yang Akan Jatuh?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kita tak pernah tahu berapa jatah
umur kita sehingga tak akan pernah mampu menghitung sisa umur yang ada.
Lebih celakanya, seringkali kita angkuh berkata, "Ah, kita masih muda,
umur masih panjang." Kalimat tersebut keluar begitu saja tanpa disadari
bahwa bisa jadi esok hari menjadi hari terakhir di dunia ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ingatlah, manusia tak pernah tahu kapan dan di mana maut akan menjemput.
Tak perduli berapa umurnya sekarang, bukankah daun muda bisa sewaktu-<span class="text_exposed_show">waktu lepas dari tangkainya?</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="text_exposed_show" style="text-align: justify;">
Mari kita sejenak bercermin kepada perjalanan hidup Alm. Ustad Jefri.
Banyak yang sudah tahu sebelum menjadi ustadz, Beliau pernah berada di
lubang hitam yang gelap. Hingga pada akhirnya, kemauan untuk berhijrah
membuahkan hasil. Akan tetapi, tak lama kemudian akhirnya Beliau harus
mengakhiri perjalanan hidup di dunia untuk selamanya. Pertanyaannya,
bagaimana jika Alm. tidak berkemauan dan berikhtiar untuk berhijrah saat
itu? Bagaimana jika dia meninggal saat masih dalam lubang hitam? Semua
bukan semata karena hidayah, tapi lebih dari itu, kemauan, niat dan
usaha untuk berubah menjadi lebih baik adalah awal mulanya.<br />
<br />
Tidakkah kita merugi jika waktu yang masih ada, justru terbuang sia-sia?
Menunggu waktu tua tiba untuk menebusnya, padahal tidak pernah ada
jaminan kalau hidup kita kelak bisa sampai pada usia renta.<br />
<br />
Gubuk, 2015<br />
<br />
//<br />
<br />
Kau dan Angin<br />
<br />
tibamu<br /> bagai kabar burung yang dikirimkan angin<br /> di tengah padang ilalang<span class="text_exposed_show"><br /> disaat kemarau berkepanjangan</span><br />
<div class="text_exposed_show">
kau <br /> menyatu dalam tubuh angin<br /> menari-nari di gurun<br /> hanya debu di pelupuk mata<br /> sebagai pertanda kau tiba<br />
<br />
Gubuk, 2015<br />
<br />
//<br />
<br />
Tanah, Kemarau dan Hujan<br />
<br />
aku adalah tanah<br /> dan kemarau itu<br /> datang tak tepat waktu<span class="text_exposed_show"><br /> begitu juga hujan yang turun<br /> menghukum tanpa ampun</span><br />
<div class="text_exposed_show">
aku adalah tanah<br /> kau adalah kemarau<br /> kau adalah hujan<br /> dan dimanakah Tuhan?<br />
<br />
GubukAksara, 2015</div>
</div>
</div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-62850724357084967102015-08-26T23:28:00.000+07:002015-08-26T23:28:43.352+07:00Surga yang Hilang<div style="text-align: justify;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT_KXvhiF8Re2oHAPIvTgsPlJTQ7UM5hUKPeiwz3TBPe6kUc9aJ" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcT_KXvhiF8Re2oHAPIvTgsPlJTQ7UM5hUKPeiwz3TBPe6kUc9aJ" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Di balik jendela aku menatap hujan yang tak
kunjung reda. Meratap, bersama sebelah sayap yang patah yang sejatinya
ingin kugunakan untuk terbang menuju surga-Nya. Tepat di depan jendela
dari tempatku duduk, terbentang jalan utama kota ini. Nuansa malam yang
begitu indah, lampu kendaraan yang berkilauan sebab jatuhnya jutaan
rintik air yang menerpanya. Malam ini, setahun sudah surgaku menghilang
dan tak akan kembali pulang. Surga yang selama ini kusiakan dan bahkan
tak kusadari keberadaanya yang begitu dekat.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
//<br /> Jauh sudah langkah kaki<br /> Berjalan menelusuri laut, hutan, dan gurun<br /> Hingga yang di pelupuk mata menghilang</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesal kemudian mencari jalan pulang<br /> Terlambat!!!<br /> Terlambat sudah<br /> Tanah kini telah membawanya kembali ke muasal<br /> Menuju tempat<br /> Yang berada di bawah telapak kakinya<br /> //</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku adalah termasuk salah satu pengusaha muda yang sukses. Menjadi
manajer sebuah perusahaan asing di umur yang baru menginjak angka
duapuluh tujuh tahun tentunya sudah mampu menjadi tolok ukur
kesuksesannku. Sebagai seorang muslim, tentu limpahan rizki dari-Nya
membuatku lebih mudah untuk melaksanakan kewajiban bersedekah. Setiap
bulan kusisihkan lima persen penghasilan untuk kemaslahatan umat.
Bersedekah adalah sebuah keharusan, karena bagiku itu adalah salah satu
cara yang tepat untuk mensyukuri nikmat yang kudapatkan sekaligus untuk
‘membeli’ surga-Nya. Dua kali sudah ibadah haji kulaksanakan, dengan
pekerjaan dan penghasilan yang sekarang ini, bahkan untuk berhaji setiap
satu tahun sekalipun bukanlah hal yang mustahil.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini aku
tinggal di kota Jakarta. Sebuah kota yang penuh dengan kemegahan
sekaligus juga penuh godaan. Di kota inilah semua cerita bermula. Tepat
lima tahun yang lalu, berbekal dengan ijazah S1, kucoba mengadu nasib di
kota metropolitan ini. Awalnya ibuku tak mengizinkannya, sebab ayahku
telah meninggal sejak aku masih kecil. Jika aku pergi merantau ke
Jakarta, maka ibu hanya tinggal dengan dua adikku yang masih duduk di
bangku SMA. Tapi, tekadku sudahlah bulat, aku ingin menjadi orang yang
sukses dan mengangkat derajat ibu dan adik-adikku. Ternyata Allah
mendengar segala doa yang kupanjatkan setiap sepertiga malam selepas
salat tahajud. Di kota inilah rizki yang telah dpersiapkan-Nya
diturunkan. Tidak butuh waktu lama, hanya dalam jangka 3 tahun aku sudah
mampu menjadi manajer di sebuah perusahaan asing ternama. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap bulan, aku rutin mengirimkan uang ke kampung halaman untuk
kebutuhan ibu dan kedua adikku. Kesibukan bekerja membuatku tidak bisa
pulang ke kampung halaman selama lima tahun terakhir. Hanya lewat
telepon aku bisa berkomunikasi dan bertukar kabar dengan ibuku. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
****</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Malam itu, aku sedang ada ‘meeting’ dengan salah satu ‘klien’. Sebuah
tander yang besar sedang coba kuraih. Jika bisa kumenangkan tander ini,
bonus ratusan juta bahkan miliaran rupiah bisa didapatkan. Di
tengah-tengah ‘meeting’, telepon genggamku berdering. Kulihat ternyata
ada pesan masuk dari ibu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Nak, jangan lupa salat!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah kubaca, kembali kuletakkan telepon genggamku di meja tanpa
kubalas pesan ibu. Aku tak ingin ‘klienku’ terganggu sebab kutinggal
untuk membalas pesan dari ibu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak lama kemudian, kembali
telepon genggamku berdering. Kali ini sebuah panggilan masuk. Kulihat
layar telepon genggam, ternyata ibu yang menghubungi. Kutolak panggilan
itu. Tak selang beberapa lama kemudian, lagi-lagi telepon gengamku
berdering, dan masih juga panggilan dari ibu. Kulihat ‘klienku’ mulai
tidak nyaman dengan panggilan tersebut. Benar saja, beberapa saat
kemudian, ‘klien’ tersebut mengingatkan, “Maaf, Pak, ini tander
besar, bukan main-main. Saya harap Bapak mematikan telepon gengamnya
dulu agar ‘meeting’ ini bisa berjalan dengan lancar!” </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /> “Iya, Pak. Maaf atas ketidaknyamanan ini.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Langsung saja kumatikan telepon genggamku. Pikiran dan hati mulai
bergejolak, rasa kesal menyelimuti. Kesal terhadap ibu sendiri yang
menggangu pekerjaanku hari ini. </div>
<div style="text-align: justify;">
‘Meeting’ akhirnya telah
selesai. Sebuah keputusan pahit harus diterima, ternyata aku tak bisa
memenangkan tander. Kekecewaan yang sangat besar kurasakan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini gara-gara Ibu!!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hatiku kian berkecamuk. Dengan langkah yang malas kutinggalkan tempat
‘meeting’. Selepas keluar dari tempat meeting tersebut, kuambil telepon
genggamku lalu kunyalakan. Lekas kuhubungi ibu, “Assalamualikum, Nak”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Waalaikumsalam, tadi kenapa Ibu menghubungi?”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ibu kangen, Nak!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Tahu tidak!!! Gara-gara Ibu menghubungi tadi, semua pekerjaanku jadi
kacau balau. Lain kali jangan menghubungi lagi kalau aku tidak
menghubungi Ibu terlebih dahulu!” Bentakku dengan nada yang keras
sekligus langsung kututup telepon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kekesalan masih menyelimuti
pikiran. Setelah peristiwa itu, Ibu tak pernah menghubungi lagi.
Sesekali rasa bersalah menghinggapi sebab aku telah membentak ibu
kandungku sendiri. Tapi saat itu, memang dia yang salah sehingga aku tak
bisa memenangkan tander miliaran rupiah. Jika saja bisa memenangkan
tander tersebut, aku bisa mewujudkan salah satu cita-cita yaitu
mendirikan Yayasan Yatim Piatu. Dengan begitu, aku akan mampu menambah
amalan dan bekal untuk meraih surga-Nya. Sebagai seorang muslim, tentu
menambah amalan dan bekal untuk menuju akhirat adalah menjadi prioritas
utama dalam menjalani kehidupan ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebulan sudah
berlalu sejak peristiwa itu. Aku masih saja menyesal karena tidak bisa
memenangkan tander. Di sepertiga malam, kulaksanakan salat tahajud
dilanjutkan dengan memohon kepada-Nya agar diberi kesempatan lagi untuk
bisa mendapatkan tander yang serupa. Selama ini aku rutin melaksanakan
saat tahajud dan salat duha. Sebuah ibadah yang sejak masih sekolah
selalu kulakukan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pagi ini aku bersiap untuk menuju kantor.
Pikiran terasa tidak fokus, entah apa yang membutanya terasa melayang,
yang jelas aku benar-benar merasa hampa.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba saja telepon genggamku berdering. Ternyata panggilan masuk dari adik pertamaku bernama Zahra.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Assalamualikum, Mas.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Waaliakumsallam, ada apa, Ra? Tumben pagi-pagi gini hubungi, Mas?”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ibu sakit, Mas. Dia minta kamu buat pulang ke kampung!”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Aku sedang sibuk, Ra. Bawa aja ibu ke rumah sakit. Nanti Mas kirimkan uang untuk biayanya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Tapi, Mas ….”</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sudah, tak perlu tapi tapi. Mas mau berangkat kerja dulu. Assalamualikum!”</div>
<div style="text-align: justify;">
Aku bergegas menuju kantor, hari ini adalah hari Jum’at. Seperti
biasanya, di hari seperti ini sebelum kegiatan kantor dimulai, semua
karyawan berkumpul untuk mengikuti pengajian. Hal ini tentu sangat
penting demi menjaga akhlak sekaligus kejujuran serta sebagai motivasi
kepada para karyawan agar dapat bekerja dengan ikhlas dan jujur. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sesampainya di kantor, terlihat sudah banyak karyawan yang berkumpul.
Pengajian pun sudah akan dimulai. Ada yang berbeda dari pengajian hari
ini, terlihat laki-laki setengah baya menggendong seorang nenek-nenek.
Dia berjalan menuju ke dalam Masjid. Ternyata dia adalah Ustadz yang
akan mengisi pengajian hari ini. Lalu siapa nenek-nenek yang
digendongnya itu? Kenapa untuk mengisi pengajian dia repot-repot
menggendong seorang nenek-nenek? Ah, sudahlah. Lebih baik aku masuk ke
dalam saja, siapa tahu nanti Ustadz tersebut mengenalkan diri sekaligus
mengenalkan siapa nenek-nenek di gendongannya itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pengajian pun
dimulai. Ustadz tersebut mulai ceramahnya. Betapa kagetnya seisi ruangan
ketika Beliau memperkenalkan siapa yang bersamanya dan digendong
olehnya tadi. Ternyata nenek-nenek itu adalah ibu kandungnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
“Ini adalah ibu saya. Setiap mengisi pengajian di manapun, saya selalu
membawa serta Beliau. Sudah tiga tahun terakhir Beliau menderita stroke,
sebab itulah saya harus menggendongnya.”</div>
<div style="text-align: justify;">
Semua karyawan di dalam
Masjid terdiam dan hanyut dalam nuansa yang entah. Termasuk aku, entah
kenapa tiba-tiba saja hati ini berkecamuk dan bergetar begitu
kencangnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ustadz tersebut mulai menuju materi yang ingin
disampaikannya. Sebuah materi yang penuh dengan makna. Sebuah materi
yang menyadarkan bahwa aku telah membuat kesalahan yang sangat fatal.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
//</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akar yang Tak Pernah Menyalahkan Tanah Gersang</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akar adalah sebuah komponen penting dalam tumbuhan. Dialah yang
senantiasa mencari makan agar tumbuhan tersebut dapat subur dan
menghasilkan buah-buah yang bagus. Meskipun di kemarau panjang
sekalipun, dan tanah-tanah mulai gersang, akar tidak akan berhenti
berusaha untuk mencari makan agar pohon berbuah. Dia tidak pernah
menyalahkan kemarau, pun juga tidak pernah berkeluh-kesah dan
menyudutkan tanah yang gersang. Baginya, mau musim hujan, musim kemarau,
tanah subur ataupun tanah gersang, dia akan harus senantiasa menjadi
penopang agar buah-buah dapat tumbuh di pohon.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Akar itu adalah
Ibu kita, buah di pohon adalah kita dan tanah gersang adalah kerasnya
kehidupan. Sekeras apapun kehidupan, seorang Ibu akan senatiasa berusaha
sekuat tenaga untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi orang yang
sukses! Sukses dunia akhirat tentunya. Yang perlu kita ketahui, meskipun
akar tak pernah terlihat tapi dia tetap akan selalu memberikan yang
terbaik agar pohon-pohon berbuah. Itulah keikhlasan seorang Ibu, dia tak
akan menampakkan apa yang telah dilakukan untuk anaknya dan tak akan
mengharap imbalan. Dari kecil sampai kita dewasa, Ibulah yang berperan
penting dalam kesuksesan yang kita raih saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
Bahkan kita
sering mendengar, bahwa surga ada di bawah telapak kaki ibu. Itulah
sebabnya, kenapa saya selalu membawa serta Ibu saya dalam setiap mengisi
pengajian. Saya tidak ingin sedetik waktupun jauh dari surga. Meskipun
harus dengan menggendong Beliau, tapi ituah bentuk kasih sayang dan rasa
hormat sekaligus cara saya untuk meraih surga yang sejatinya selalu ada
di dekat kita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Saat ini,banyak anak yang acapkali melupakan
Ibunya. Dengan kesuksesan yang didapat, seolah semua dapat dimiliki.
Sedekah, salat, bahkan baca Al-Qur’an rutin demi untuk meraih surga,
tapi mereka lupa bahwa ada surga di dekatnya!!! Bahwa ada surga yang
selama ini senantiasa menunggu untuk dijamah, surga itu adalah Ibu
kita!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
//</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tiba-tiba saja bulir-bulir di mata mulai
berjatuhan. Diri ini mendapat tamparan yang sangat keras dari apa yang
disampaikan oleh Ustadz tersebut. Aku teringat saat membentak Ibu di
dalam telepon, saat kusalahkan Ibu karena menelponku waktu ‘meeting’.
Memang benar aku tak pernah lupa mengirim uang untuk Beliau, tapi tak
pernah sekalipun aku berkunjung untuk sekadar meminta maaf di Hari Raya
ataupun untuk sekadar mencium tangan yang selama ini menggendong dan
membelai tubuh mungilku dulu. Aku benar-benar larut dalam renungan yang
dalam. Air mata tak hentinya membasahi pipi. Tekadku kini sudah bulat,
setelah pengajian ini aku akan mengajukan cuti untuk kembali ke kampung
halaman, untuk bersimpuh di hadapan surga yang selama ini kuabaikan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sore itu, selepas pulang kerja, aku bergegas pulang ke kampung halaman.
Di sepanjang jalan, air mata ini masih saja mengalir tiada henti
teringat akan kedurhakaan yang telah diperbuat. Aku merasa menjadi orang
yang paling hina, segala ibadah yang kulakukan, naik haji, sedekah,
salat tahajud, salat duha dan juga ibadah wajib terasa sia-sia dan
percuma sebab aku telah mendurhakai ibuku seniri. Aku sibuk mencari
jalan untuk menuju surga, sedangkan surga itu selama ini ada di depan
pelupuk mata. Begitu larutnya dalam penyesalan, sampai-sampai tak sadar
bahwa berkali-kali telepon genggamku berdering. Kuambil teepon genggam,
terlihat sepuluh kali panggilan tak terjawab dari adikku. Lalu
kuletakkan kembali telepon genggam tersebut, karena rasanya tak perlu
kutelpon balik sebab sebentar lagi aku juga sudah sampai di rumah.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sepuluh menit kemudian, akhirnya laju mobilku berhenti di depan rumah
yang selama ini menjadi tempat bernaungku bersama ibu dan kedua adikku.
Terlihat ada yang berbeda, meski sudah jam sepuluh malam, tapi terlihat
banyak orang berkerumun di depan rumah. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku lantas turun dari
mobil, terlihat beberapa sanak saudara menghampiri dan menggandeng
tanganku sambil berkata “Sabar, ya, Za. Ini sudah menjadi takdir Allah.”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Aku semakin bingung dengan perkataan saudaraku tersebut. Sesampainya di
depan pintu rumah, terihat kedua adikku bersimpuh serambi menangis
sekencang-kencangnya. Di depan mereka terlihat tubuh yang sudah
terbungkus kain kaffan. Kakiku melemah, dadaku berdebar hebat, air
mataku tumpah. Kulihat wajah Ibuku, mata dan hidungnya tertutup kapas.
Tubunya kaku!!!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Ibu ….!!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kedua kakiku kini benar-benar
tak lagi mampu menopang tubuh. Tubuh ini tersungkur tepat di depan
jenazah ibu. Air mataku pecah membelah keheningan di dalam dada.
Kupanggil-panggil ibuku berulangkali sembari kugoyang-goyangkan tubuhnya
yang sudah kaku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Bangun, Bu!!! Bangun!!! Ini aku, anakmu.
Anakmu sudah pulang, Bu. Bukankah Ibu kangen dengan aku? Bukankah
kemarin Ibu ingin aku untuk pulang? Bangun, Bu! Bangun!!!”</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tak
henti-hentinya kugoyangkan tububuh ibu, sesekali kuciumi wajanya yang
layu. Kedua adikku menghampiri dan memeluk tubuhku erat-erat,</div>
<div style="text-align: justify;">
“Sabar, Mas.” Dengan sesenggukan mereka mencoba menegarkanku.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Tapi apa daya, yang ada justru kami bertiga bersimpuh di depan jenazah
Ibu, tangis kami semakin menjadi. Aku benar-benar terpukul. Merasa
benar-benar menjadi anak yang durhaka, tidak bisa mendampingi Bidadari
yang melahirkan dan mendidikku di saat-saat terakhirnya. Bahkan justru
sempat kusalahkan dia dan membentaknya dengan kata-kata yang tidak
seharusnya dia dapatkan dari anak kandungnya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Beberapa
bulan terakhir ini ternyata Ibu mengidap sakit kanker. Dia tidak pernah
bercerita kepadaku karena tak ingin menggangu pekerjaanku. Waktu dia
menelpon dan berkata kangen denganku, dan ingin anaknya pulang ke
kampung, saat itu pula dia telah merasa bahwa waktunya hidup di dunia
sudah mulai habis. Dia ingin menghabiskan waktu itu denganku, anaknya
yang sejak lima tahun terakhir tidak pernah ada di sampingnya. Selama
itu pula dia tidak pernah protes sama sekali. Bahkan, setiap uang yang
kukirimkan selalu dia sisihkan sebagian. Untuk apa? Untuk membantu
menggapai cita-citaku yaitu mendirikan Yayasan Yatim Piatu. Ya, begitu
besar kasih-sayangnya selama ini, meski lima tahun anaknya tak pernah
menemuinya, dia masih saja berusaha untuk membantu anaknya menggapai
cita-cita. Selayak akar yang terus berjuang di tanah yang gersang agar
buah tetap tumbuh di pohonnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
***</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Hujan di luar sana
masih saja belum reda. Aku masih menatap ke luar jendela. Kali ini,
hujan tak hanya turun di luar jendela, tapi juga di dalam jendela
tepatnya di mataku sendiri. Sebuah penyesalan terdalam membuat air mata
ini tak tertahankan. Aku kehilangan surgaku sesaat setelah aku baru saja
menyadari bahwa surga itu tepat berada di depanku, surga itu adalah
Ibu. Kini, surga itu benar-benar telah hilang. Selama ini aku berjalan
bermil-mil jauhnya untuk mencari surga itu, namun justru ternyata aku
mengabaikan surga yang sudah jelas ada di depan mata. Ya, sebelah
sayapku telah patah. Masih bisakah aku terbang dengan hanya sebelah
sayap untuk menemui surgaku yang telah berada di dalam surga-Nya?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Air mataku jatuh di atas kertas yang sedari tadi kugunakan untuk
menuliskan apa yang ingin kusampaikan kepada ibuku di atas sana. Sebuah
tulisan yang berisi luapan penyesalan.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
//</div>
<div style="text-align: justify;">
Surga yang Hilang</div>
<div style="text-align: justify;">
Jauh sudah langkah kaki<br /> Berjalan menelusuri laut, hutan, dan gurun<br /> Hingga yang di pelupuk mata menghilang</div>
<div style="text-align: justify;">
Sesal kemudian mencari jalan pulang<br /> Terlambat!!!<br /> Terlambat sudah<br /> Tanah kini telah membawanya kembali ke muasal<br /> Menuju tempat<br /> Yang berada di bawah telapak kakinya</div>
<div style="text-align: justify;">
Surgaku hilang<br /> Saat aku masih saja berada di depan pintunya<br /> Tanpa pernah kuketuk dan mencoba memasukinya</div>
<div style="text-align: justify;">
Surgaku yang hilang<br /> Bersama bidadari yang kuabaikan<br /> Hingga sesal tertuliskan<br /> Di kokohnya batu nisan</div>
<div style="text-align: justify;">
Surgaku yang hilang<br /> Akankah aku dapat menemukannya?<br /> Dengan satu sayap yang tersisa?</div>
<div style="text-align: justify;">
//</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
GubukAksara, 15</div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-18376046407561688292015-07-02T00:19:00.000+07:002015-07-02T00:21:45.725+07:00Duka Negeri<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIgO4PCONYJl2VP4mF__VOCimGz8kowwhv7s7prSyS6ADzYt3Ta2IeMAefJsXp3bmbrQj4UAzM7pb-6cyEhW0LaQhyphenhyphen95SpAGO5jBYp8OrGBUpg3HBett_U8-h6cxG2vVi7QSt_1nKW-3g/s1600/images+%25281%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiIgO4PCONYJl2VP4mF__VOCimGz8kowwhv7s7prSyS6ADzYt3Ta2IeMAefJsXp3bmbrQj4UAzM7pb-6cyEhW0LaQhyphenhyphen95SpAGO5jBYp8OrGBUpg3HBett_U8-h6cxG2vVi7QSt_1nKW-3g/s1600/images+%25281%2529.jpg" /></a></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Adalah sebuah fakta jika kita mau membuta mata dan hati kita bahwa negara ini sedang dirundung duka. Berbagai masalah silih berganti menghiasi bumi merah putih ini. Ya, benar jika merah putih menjadi warna dalam negeri. Banjir air mata darah di mana-mana sebab berbagai kepentingan pribadi yang menunggangi percaturan politik. Tak elak, masyarakat menjadi korban dan dijadikan batu loncatan atas apa yang dilakukan oleh para pemimpi(n) kita. Putih tulang yang remuk digilas roda-roda kuasa yang berporos pada sumbu kedzaliman menjadikan setiap keringat yang mengucur tak terbalas dengan semsetinya. Ini adalah beberapa puisi kontemporer yang saya ciptakan dan alhamdulillah masuk dalam sebuah buku antologi. Semoga puisi ini dapat menjadi renungan buat para pemimpi(n) tanah kelahiran kita.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 15.4559993743896px; margin-bottom: 6px;">
<b>Duka Bangsa</b></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 15.4559993743896px; margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 15.4559993743896px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<b>m<br />e<br />r</b><span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><b><br />a<br />h<br />m<br />e<br />r<br />a<br />h</b><br />merah merah merah merah<br />merah merah merah merah<br />putih putih putih putih putih<br />putih putih putih putih putih<br /><b>p<br />u<br />t<br />i<br />h<br />p<br />u<br />t<br />i<br />h</b><br />BUMI PERTIWI</span></div>
<div style="background-color: white; color: #141823; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 15.4559993743896px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<span class="text_exposed_show" style="display: inline;"><br /></span></div>
<div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #141823; display: inline; font-family: helvetica, arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 15.4559993743896px;">
<div style="margin-bottom: 6px;">
Gubuk Aksara, 2015</div>
<div style="margin-bottom: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<b>Negeri Kotoran</b></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
di negeriku<br />
air kencing direbutkan<br />
kentut dikejar-kejar<br />
berak dilempar-lempar<br />
namanya juga negeri kotoran<br />
semua kotoran menjadi mainan<br />
dimainkan, direbutkan<br />
ujungnya tangis-tangisan</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
baju-baju kotor setiap hari<br />
emak tak lagi mau mencuci<br />
sebab tak ada air bersih lagi<br />
badan-badan berbau sepanjang waktu<br />
sebab bermain kotoran selalu<br />
mandipun tak ada yang mau</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
ini negeri kotoran<br />
banyak orang seperti kotoran<br />
saling lapor saling dilaporkan<br />
yang lapor yang beruang<br />
yang beruang yang menang<br />
yang menang yang kejam<br />
yang kejam yang berbintang<br />
yang berbintang yang jalang<br />
yang jalang ya … kotoran</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
kotoran, oh, kotoran<br />
negeri, oh, negeri<br />
negeriku negeri kotoran<br />
jadinya ya, dibuang-buang<br />
kapan bisa didaur ulang?</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
GubukAksara, 2015</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<b>Pertiwi</b></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<b><br /></b></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
pertiwi diciumi<br />
pertiwi dijamahi<br />
pertiwi ditelanjangi<br />
pertiwi dijilati<br />
pertiwi dicabuli<br />
pertiwi hilang suci<br />
pertiwi tak perawan lagi</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
kasihan pertiwi<br />
siapa pertiwi?<br />
bumi pertiwi</div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
GubukAksara, 2015</div>
</div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-50403816322303396022015-06-23T23:06:00.001+07:002015-06-23T23:14:36.251+07:00Ingat Mati, Ingat Illahi<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTqsdO1d_VgP-YX4aV8m-n_83ESEPVGcWIt_EJgsQLd6gMxyKmSGd2hvVBkcnMkN92u_Ovv8lgBRa-GVNu683fk3HMhKnZS9oOFga8814wmHvhUVeLHIYdSROaabHySDgYNx3i6os4ySs/s1600/Mohon+Ampun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTqsdO1d_VgP-YX4aV8m-n_83ESEPVGcWIt_EJgsQLd6gMxyKmSGd2hvVBkcnMkN92u_Ovv8lgBRa-GVNu683fk3HMhKnZS9oOFga8814wmHvhUVeLHIYdSROaabHySDgYNx3i6os4ySs/s1600/Mohon+Ampun.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p>Hari ini adalah hari ke-lima di lebaran tahun 2012. Seperti biasa, saat seperti ini adalah saat yang tepat berkunjung ke sanak saudara. Saling mengunjungi untuk bersilaturahmi menjadi sebuah keharusan yang tak bisa dilepaskan.<br /> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Malam itu, aku dan keluarga besar sedang berkumpul di rumah. Sebuah suasana yang mungkin hanya setahun sekali terjadi. Maklum, beberapa sanak saudara berada di luar kota. Susana kebersamaan begitu kental terasa, hingga tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa sudah larut malam.<br /><br />“Za, besuk ikut ke Temanggung, ya. Silaturahmi ke rumah bulikmu.”<br /><br />“Iya, paklik. Insyaallah.”<br /><br />Pagi tiba, azan subuh menggema membangunkan tidurku. Pukul lima pagi, aku dan paklik beserta istrinya bersiap-siap untuk berangkat ke Temanggung. Dengan menggunakan mobil, kami melakukan perjalanan menuju rumah keluarga bulik. Perjalanan yang begitu melelahkan, terlebih lagi beberapa hari ini tenagaku habis untuk berkeliling ke tempat saudara selain itu juga semalam aku tidur terlalu larut malam sebab bercengkerama dengan sanak saudara. Akhirnya, setelah dua jam perjalanan, kami tiba di rumah bulik. Saling bercengkerama dan bercanda membuat kelelahan saat perjalanan perlahan sirna.<br /><br />***<br /><br />Matahari mulai condong ke barat. Tak terasa maghrib tiba. Setelah melakukan salat maghrib, kami berpamitan untuk kembali ke Jogja. Tubuh ini begitu lemas, terlebih lagi sedari pagi perut hanya mampu menampung sedikit nasi. Di perjalanan pulang, kepala ini benar-benar terasa pusing. Mukaku mulai pucat, keringat dingin mengalir deras.<br /><br />“Kamu kenapa, Za? Mukamu pucat.” Tanya bulik kepadaku.<br /><br />“Kepalaku pusing, Bulik.”<br /><br />Badan bergetar hebat, rasanya kepala ingin pecah saja. Aku berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa sakit. Beberapa menit kemudian, pandanganku mulai kabur, semua remang-remang dan semakin tak terlihat. Gelap! Semua begitu gelap! Aku tak sadarkan diri. Hanya keheningan yang terasa. Tubuhku tak bisa digerakkan.<br /><br />***<br /><br />Perlahan kubuka mata. Tubuh rasanya tak berdaya. aku begitu bingung, apa yang sedang terjadi? Di hidung telah menempel selang oksigen, selang infus juga sudah rapi melekat di tangan. Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang kuingat hanyalah saat di dalam mobil dan tiba-tiba semua menjadi gelap<br /><br />“Kamu sudah sadar, Nak?”<br /><br />“Aku ada di mana, Bu?”</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br />“Kamu di rumah sakit. Tadi kamu pingsan di mobil.”<br /><br />Beberapa bagian tubuh mati rasa, bahkan tangan kananku tak bisa kugerakkan sama sekali. Ini pertama kalinya kurasakan sakit yang begitu hebat di sekujur tubuh. Tak selang lama, dokter menghampiri dan mengecek keadaanku.<br /><br />“Bagaimana keadaan anak saya, Dok?” tanya Ayah yang duduk di samping Ibu.<br /><br />“Baik-baik saja, Pak. Mungkin karena kelelahan. Tadi sudah diambil sampel darahnya, kita tunggu hasil uji laboratoriumnya dulu, baru bisa tahu apa yang menyebabkan anak Bapak pingsan.”<br /><br />***<br /><br />Hari berganti. Saat menjelang maghrib, sekitar pukul lima sore, banyak sanak saudara dan tetangga yang berdatangan untuk menjengukku. Rasanya hatiku begitu terenyuh, ternyata masih banya yang perduli padaku. Beberapa teman kuliah dan teman-teman organisasi di desa juga datang. Kedatangan mereka membuatku terharu.<br /><br />Azan maghrib terdengar. Saat itu juga, tiba-tiba kepalaku seperti ingin pecah. Perutku mual dan ingin muntah tapi tak ada yang dimuntahkan. Rasanya mata ini kembali berkunag-kunang. Napasku mulai tak teratur. Dada ini tiba-tiba begitu sesak, tubuh pun mulai kejang-kejang. Sakit yang begitu hebat kurasakan di sekujur tubuh.Kupegang erat tangan ibu yang menghampiriku. Aku pun kembali tak sadarkan diri. Hanya tangisan dan jerit yang terdengar tanpa mampu melihat apa yang sedang terjadi. Gaduh! Jerit, tangis dan kepanikan begitu terasa meskipun mata tak mampu melihat apa-apa. Kudengar ibu dan ayah menangis, memanggil-manggil namaku berulang kali.<br /><br />“Istighfar, Nak.”<br /><br />Tiba-tiba semua terasa hening. Suasana ini …, membawaku ke dalam ketenangan yang belum pernah kurasakan. Samar-samar terlihat sosok yang tak kukenal dan tak pernah bisa kuingat. Yang masih melekat hanyalah pegangan tangannya yang begitu menyejukkan.<br /><br />“Apakah aku sudah mati? Ya, Allah, aku masih belum ingin mati. Masih banyak bekal yang harus kukumpulkan untuk mendapatkan surgaMu”<br /><br />Entah apa yang terjadi, badan tak bisa kugerakkan, mata pun tak bisa dibuka. Begitu tenang! Meskipun begitu, hati dan pikiran masih bisa merasakan ketakutan yang bercampur dengan penyesalan. Penyesalan atas apa yang telah kulakukan selama ini. Suasana ini seolah menyeretku ke dalam ruang perenungan yang begitu dalam. Aku takut! Takut karena merasa masih belum cukup bekal untuk menemui kematian.<br /><br />Tiba-tiba kurasakan tetesan air di tanganku. Ya, air mata dari ayah dan ibu yang selama ini tak jarang kumarahi juga kusanggah perintahnya.<br /><br />Samar-samar kudengar ayahku menangis, “Ya Allah, jangan Kau ambil anakku secepat ini.”<br /><br />Tangis ini rasanya ingin pecah. Aku masih ingin hidup! Badan ini rasanya ingin bergerak dan segera memeluk ayah.<br /><br />Beberapa saat kemudian, mataku mulai bisa terbuka secara perlahan. Sedikit demi sedikit mulai terlihat sanak saudara yang sudah mengerumuniku dengan mata mereka yang berlinang air mata. Secepat kilat, ayah langsung memeluk dan menciumi wajahku. Tak henti-hentinya kalimat syukur terlontar. Pelukannya begitu terasa nyaman.<br /><br />“Alhamdulillah, terima kasih Ya, Allah. Engkau telah mendengar doa-doaku.”<br /><br />Suasana yang tadinya hening berubah menjadi haru. Air mataku berlinang, membasahi pipi. Mulut tak mampu berkata apa-apa, hanya bisa merasakan hangatnya pelukan ayah. Memang selama ini ayahlah yang paling dekat denganku. Meskipun dia mendidikku dengan keras, namun justru itulah yang membuat kami begitu dekat.<br /><br />***<br /><br />Peristiwa ini menjadi peristiwa yang tak akan pernah terlupakan. Allah menegurku dengan keras! Seolah Dia ingin mengatakan bahwa kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Tidak ada patokan umur menyoal kematian, daun muda pun bisa gugur di terpa angin. Semua semakin terasa begitu aneh, karena saat itu dokter tak menemukan penyakit yang parah di tubuhku. Hasil uji laboratorium tidak menemukan keganjilan sedikitpun, semua normal!<br /><br />Rasa syukur tak henti-hentinya kupanjatkan. Pikiranku melayang-layang di atas langit muhasabah yang cerah. Dalam hati, aku berjanji akan menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Selain itu, membahagikan orang tua dan berbakti kepada mereka adalah sebuah keharusan yang tak boleh dilupakan. Terkadang, kita akan merasakan betapa besar kasih sayang orang tua pada saat yang tak pernah kita kira sebelumnya.<br /> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;">Semenjak kejadian itu, bayang-bayang kematian sering muncul saat aku sendirian. Saat bayang-bayang kematian itu datang, saat itu pulalah ketakutan menyelimuti. Bukan takut akan kematian, tapi lebih takut dengan apa yang akan kutemui setelah kematian. Semua mahluk hidup pastilah akan mati. Dan kematian bukanlah akhir, tapi sebuah awal dari kehidupan yang abadi. Dengan mengingat kematian, kita akan senantiasa mengingat kebesaran Allah dan mengingat apa yang seharusnya dilakukan di dunia ini. Kita hendaknya berhati-hati dalam menjalani hidup! Selain itu, peristiwa ini membuatku semakin sadar, ternyata sekeras apapun orang tua, mereka tetap menyayangi kita dengan sepenuh hati. Sebagai seorang manusia, kita harus senantiasa bermuhasabah atas apa yang kita lakukan di dunia ini. Meskipun umur tidak bisa dihitung, dan kematian tak bisa diterka kapan datangnya, tidak ada salahnya jika kita senantiasa merenung dan mengukur waktu kita yang setiap hari semakin berkurang. Ya, mengingat mati adalah hal yang akan mengingatkan kita kepada Illahi. Ingatlah! Semua mahluk yang hidup pasti akan menemui kematian dan setelah kematian akan datang kehidupan yang kekal.<br /><br /><br /><br /><br />GubukAksara, 2015</span></div>
<br />
<br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-57377397520153752702015-06-19T22:34:00.000+07:002015-06-19T22:34:31.356+07:00Malam Tanpa Rembulan<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWFPy9Glng9FCGTu3-f1S3ya_Gk4XKnwZboLdSd8nT89ClrspdubJbJzew7jZwBVgGkXUZS5X5nT0IdMXhDnk8IcwtdWUiFT68z-ua-w5ljnN2Dr5CRVVO1ylR1kCJx9U5I-tSIeIGqE/s1600/malam+tanpa+rembulan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="malam tanpa rembulan" border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRWFPy9Glng9FCGTu3-f1S3ya_Gk4XKnwZboLdSd8nT89ClrspdubJbJzew7jZwBVgGkXUZS5X5nT0IdMXhDnk8IcwtdWUiFT68z-ua-w5ljnN2Dr5CRVVO1ylR1kCJx9U5I-tSIeIGqE/s200/malam+tanpa+rembulan.jpg" title="malam tanpa rembulan" width="200" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"> </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Hampir setengah tahun terakhir penulis disibukkan dengan kegiatan di dunia nyatanya. Selama itu pula, blog ini tidak terjamah sama sekali sehingga tak ada update artikel ataupun puisi. Akhirnya, detik ini penulis mampu kembali membagikan hasil karyanya. Kali ini, saya akan berbagi sebuah puisi yang saya buat saat berada dalam perjalanan menuju kota Yogyakarta. Di tengah perjalanan, banyak terlihat anak muda yang sedang bercengkerama di pinggir jalan, pedagang asongan. pengamen dan banyak lagi yang lain. Terkadang dari situ saya berpikir, ternyata malam benarlah sebuah waktu yang menyembunyikan banyak pertanyaan. Entah kenapa, terkadang hati dan pikiran ini merasa bahwa banyak orang yang lebih suka dengan gemerlap malam padahal hakikatnya malam adalah waktu untuk beristirahat.</div>
<br />
Langsung saja, ini adalah puisi yang berjudul <i>"Malam Tanpa Rembulan"</i><br />
<br />
Malam Tanpa Rembulan<br /><br />malam ini, langit nestapa<br />gelayut awan kelam<br />dihiasi sekumpulan gagak hitam...<br />berputar-putar di atas tumpukan bangkai busuk<br /><br />selokan becek berbau anyir darah dan nanah<br />bau pesing kencing gelandangan<br />mayat-mayat hidup lalu-lalang di sudut-sudut kota<br /><br />semua menjadi gelap<br />ketika angin meniup mati lentera-lentera<br />dan rembulan pucat pasi bersembunyi<br />tak ingin menjadi saksi atas apa yang terjadi<br /><br />malam bersumpah<br />demi setan yang berwajah manusia<br />demi rembulan yang ketakutan<br />demi gemintang yang enggan berkedip<br />sudahilah!!!<br />berapa banyak lagi bangkai yang diperlukan<br />agar tumpukannya mencapai langit yang tujuh?<br /><br />sang raja menari di atas aurora di langit istananya<br />menyayikan lagu puji-pujian---entah untuk siapa<br />bersama selir-selir yang telanjang<br />sesekali bersulang keringat<br />yang diperas dari budak-budaknya<br /><br />malam tanpa rembulan<br />mematikan telinga!<br />mematikan mata!<br />mematikan jiwa!<br /><br />badut-badut di tepian jalan<br />menarik perhatian lelaki-lelaki perantau<br />yang baru saja pulang berlayar mengarungi pulau-pulau<br />bocah-bocah pemuja aspal<br />dimabuk aroma lem di genggaman<br />sebagian riang berdendang<br />dengan gitar tua di tangan<br />mereka berkata<br />"Tuhan, jangan Kau hadirkan siang, biarkan malam tanpa rembulan tak berkesudahan!"<br /><br />GubukAksara, 2015Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-27827253889763927722014-05-19T11:44:00.001+07:002014-05-19T11:44:35.161+07:00Tips Untuk Taubat Nasuha<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbf8Bm1616fiYbGcy-Oq6nq6jxRpoLoWhlSMqCOU0Qm9fJgayvS-vn2FCZs7gXZXRF7sKrucVhIB1cPrAx7-OspEjcauz6lyebfX-mCmmrk-Gy1Jrv7wpCipxH1k5ZXL8JKfhQoteisqM/s1600/taubatan+nasuha.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tips Untuk Taubat Nasuha" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjbf8Bm1616fiYbGcy-Oq6nq6jxRpoLoWhlSMqCOU0Qm9fJgayvS-vn2FCZs7gXZXRF7sKrucVhIB1cPrAx7-OspEjcauz6lyebfX-mCmmrk-Gy1Jrv7wpCipxH1k5ZXL8JKfhQoteisqM/s1600/taubatan+nasuha.jpg" height="200" title="Tips Untuk Taubat Nasuha" width="170" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Dalam sebuah hadist dikatakan "Allah membuka pintu taubat di pagi hari agar bertaubat pelaku dosa di malam hari, dan Allah membuka pintu taubat di sore hari agar bertaubat pelaku dosa di siang hari." Selama hayat masih dikandung badan, selama jantung masih berdetak, maka pintu taubat Allah selalu terbuka bagi siapa saja, tidak pandang peduli siapapun. Bertobat yang paling baik taubat nasuha, yaitu meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa serta menyesalinya dan berniat untuk tidak melakukan perbuatan tersebut di masa mendatang. Pintu taubat tertutup menurut riwayat adalah ketika seseorang sedang sekarat atau roh telah mencapai tenggorokan. Sedangkan batas akhir pintu taubat terbuka adalah hingga hari qiyamat.</i></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saya bukan seorang ustad atau pemuka agama. Tulisan ini adalah tulisan pribadi yang saya hasilkan dari pengalaman pribadi saya sendiri. Kita semua harus mengerti bahwa setiap orang pasti pernah melakukan dosa dan kesalahan, baik itu yang besar atau yang kecil, baik yang disengaja ataupun tidak disengaja dan hanya Allah SWT sajalah yang berhak mengampuni atau tidak dosa-dosa kita itu. Kita sebagai manusia hanyalah Hamba Allah yang hanya bisa berdoa dan memohon untuk diampunkan segala dosa kita. Tentunya doa saja tidak akan cukup jika kita masih saja mengulangi kesalahan dan dosa-dosa itu lagi. Sering kita mendengar kalimat " Lebih baik mantan bajingan daripada mantan ustadz ". Itulah yang pernah terjadi dalam diri saya. Dan kali ini saya akan berbagi tentang tips untuk bertaubat menurut pengalaman pribadi saya. Tips ini tidak ada referensi darimanapun dan hanya berdasar pengalaman pribadi. Untuk masalah pengerttian taubat beserta dalilnya silahkan mencari referensi sendiri karena saya takut jika justru memberikan dalil dan pengertian yang salah tentang hal tersebut. Berikut ini adalah beberapa tips dari saya agar kita dapat menapaki jalan menuju taubatan nasuha, semoga tips ini bisa membantu ;</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>1. Mulailah dengan niat</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap apa yang ingin kita kerjakan hendaknya kita harus memiliki niat terlebih dahulu untuk mengerjakan sesuatu tersebut. Begitu juga dengan Taubat Nasuha. Jika kita sendiri saja belum mempunyai niat dan hanya sekedar keinginan saja maka akan membuat langkah kita menjadi berat untuk menapaki jalan tauba. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>2. Jangan berpikir jika hidayah itu datang begitu saja</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sering saya mendengar perkataan orang "Jika Allah SWT telah memberikan hidayah pasti juga kita akan bertaubat. Saat ini Allah belum memberikan hidayah". Bagi saya, ini adalah pemikiran yang salah kaprah. Untuk melakukan taubatan nasuha tidak perlu menunggu hidayah. Karena hidayah itu juga tidak akan datang jika kita tidak berusaha mendapatkannya. Ketika kita sibuk dalam kubangan keharaman sampai hati kita tertutup noda hitam kemaksiatan maka cahaya hidayahpun akan sulit untuk menembusnya. Untuk itu jangan pernah mempunyai pikiran seperti kalimat di atas.</div>
<div style="text-align: justify;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>3. Lakukanlah segera dan jangan tunda lagi</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika memang ingin melakukan taubat nasuha maka segera lakukanlah dan jangan tunda-tunda lagi. Menunda taubat nasuha berarti mengurangi kesempatan yang diberikan Allah SWT untuk melakukannya. Kita harus sadar bahwa daun muda pun bisa jatuh ke tanah kapan dan dimana saja. Manusia tidak akan bisa memprediksikan kapan waktunya Allah SWT mencabut nyawanya. Bukan hal yang sulit dan mustahil bagi Allah jika Dia mengehendaki mencabut nyawa saya detik ini juga saat sedang menulis artikel ini. Jika ada kata terlambat untuk taubat kita, sesungguhnya keterlambatan itu adalah hasil dari kita yang menundanya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>4. Perbanyak mengingat kematian dan ancaman/hukuman Allah atas dosa yang pernah dilakukan</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Mengingat kematian dan ancaman/hukuman dari Allah adalah hal yang wajib ada saat kita menginginkan melakukan taubatan nasuha. Hal ini bisa dilakukan dengan cara sering membaca Al-Qur'an dan terjemahannya juga dengan mengikuti pengajian khususnya yang bertema tentang ancaman/hukuman terhadap dosa-dosa serta kematian. Hal ini sering saya lakukan, dan saya rasa cara ini adalah cara yang ampuh agar kita segera menapaki jalan taubat. Dengan mengingat mati dan ancaman/hukuman dari Allah maka kita akan takut dan sadar bahwa hidup di dunia hanyalah sementara dan bahagia di dunia hanyalah sesa'at. Relakah kita menukar bahagia akhirat yang kekal dengan kebahagiaan dunia yang hanya sesaat?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>5. Sebutlah dosa yang pernah kita perbuat disetiap doa kita</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Menyebut dosa yang pernah kita perbuat akan mengingatkan kita betapa banyak dosa yang telah kita lakukan. Dengan begitu maka kita akan senantiasa mengingat segala dosa tersebut dan akan memproteksi diri kita untuk melakukan melakukan dosa yang sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>6. Lakukanlah shalat taubat dan tahajud</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Melakukan shalat taubat dengan diikuti banyak dzikir dan istighfar akan sangat membuat hati kita tenang. Bahkan bisa jadi kita akan berlinangan airmata. Untuk bagaimana tata cara melakukan shalat taubat dan tahajud bisa mencari referensi lain. Banyak sekali blog yang menjelaskannya.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b>7. Senantiasa berdoa dan berjanji serta berusaha sekuat mungkin untuk tidak mengulangi dosa yang sama</b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Bertaubat akan menjadi hal yang sia-sia jika setelah itu justru kita mengulangi dosa yang sama. Memang ini adalah hal yang paling sulit. Godaan di arus globalisasi ini banyak sekali memberikan celah kepada kita untuk masuk ke dalam kubangan kemaksiatan. Tapi percayalah, sulit bukan berarti tidak bisa. Semua tergantung pada diri pribadi kita sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah beberapa tips yang bisa saya bagikan. Sekali lagi bahwa tips di atas adalah berdasar pengalaman pribadi dan tidak mutlak memberikan hasil 100%. Silahkan mencari tips lain sebagai referensi. Semoga tulisan saya ini dapat bermanfaat. Tak lupa juga saya doakan semoga kita selalu didekatkan kepada Allah SWT dan diberikan ampunan oleh-Nya. Aamiin.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk
teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak
Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan
komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga
mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan,
maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.”
(HR Muslim)</div>
<br />Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-62271440580396303662014-05-04T15:25:00.000+07:002015-08-26T23:24:35.792+07:00Puisi Untuk Tuhan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw1FuiZCFjcbLsVmhSIwOGchs4_KDsS497veQn0eTMkhpHUJ9ElLgR27Y8VEGACrMgmlv98j8Z7H40a9_LFWrtsQVuZFuxJxbVlvjgMAlWwzeI3zAvmIDzlTK5wOy9c44Dz7UdCdFfEdM/s1600/puisi+untuk+Allah+SWT.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Puisi Untuk Tuhan" border="0" height="148" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhw1FuiZCFjcbLsVmhSIwOGchs4_KDsS497veQn0eTMkhpHUJ9ElLgR27Y8VEGACrMgmlv98j8Z7H40a9_LFWrtsQVuZFuxJxbVlvjgMAlWwzeI3zAvmIDzlTK5wOy9c44Dz7UdCdFfEdM/s1600/puisi+untuk+Allah+SWT.jpg" title="Puisi Untuk Tuhan" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebuah puisi tak ubahnya sebagai ungkapan perasaan yang ingin disampaikan lewat keindahan tulisan. Berbagai puisi banyak tercipta dengan tema yang berbeda, mulai dari percintaan, persahabatan, kehidupan dan tentu juga yang bertemakan keagamaan. Kali ini saya akan membagi puisi hasil karya saya sendiri dengan tema keagamaan. Disini saya akan membagi dua buah puisi yang tercipta saat saya merenung dalam kesendirian dan teringat akan kematian. Rasanya pikiran saya saat itu begitu saja melayang dan hadirkan banyak pertanyaan tentang apa yang telah saya lakukan di dunia ini? Sudahkah saya menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya? Sudahkah ayat-ayat Allah saya baca dan amalkan?. Dari berbagai pertanyaan tersebut saya merasa takut. Lantas kala itu saya tidak bisa tidur hingga tengah malam. Sampai akhirnya saya putuskan untuk melaksanakan shalat malam. Dan saat itulah hati saya bergetar dengan diiringi rintihan memohon ampun kepada-Nya. Berikut ini adalah dua puisi yang saya ciptakan, semoga dapat memberikan kebaikan bagi kita semua.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayat-Ayat Berdebu<br />
<br />
Ayat-ayat itu tergeletak di lemari-lemari berdebu<br />
Sekedar pajangan di pojokan ruangan<br />
Terjamah oleh sarang laba-laba<br />
Juga beberapa rayap yang menggerogotinya, perlahan<br />
<br />
Tak terbaca<br />
Apalagi termaknakan<br />
Dan mustahil teramalkan...<br />
<br />
Ayat-ayat itu kini berdebu<br />
Diselimuti kotoran-kotoran cicak<br />
Penuh bercak-bercak<br />
Tak nampak jejak-jejak pemiliknya<br />
Tertinggalkan oleh fana dunia<br />
<br />
Lalu dimana ayat-ayatmu?<br />
Mungkinkah juga berdebu?<br />
<br />
<br />
Aku Malu Dengan-Mu<br />
Oleh: Dhedi R Ghazali<br />
<br />
Aku...<br />
Berlumuran dosa-dosa<br />
bermandikan air kubangan nista<br />
kotor, busuk<br />
tiang-tiangku remuk tak berbentuk<br />
: melapuk<br />
<br />
Ya Allah,<br />
berulang dan berulang kali syetan berhasil membujukku<br />
menebarkan benih-benih kemaksiatan<br />
yang kini tumbuh menjadi pohon-pohon berbuah dosa<br />
berakar menjalar, menjalari setiap perbuatan<br />
<br />
Ya Allah,<br />
berkali-kali dan berulangkali iman ini mati<br />
lemah tak terpapah<br />
: enyah sudah<br />
<br />
Ya Allah,<br />
ampunilah aku<br />
belenggulah nafsu yang menggebu<br />
kokohkanlah tiang-tiangku<br />
berikanlah hidayah-Mu<br />
tumbangkanlah pohon-pohon dosaku<br />
tebarkanlah dzikir-dzikir di hatiku<br />
kembalikan aku ke jalan-Mu<br />
aku mohon kepada-Mu<br />
<br />
Sesungguhnya aku malu pada-Mu<br />
dengan segala kesadaranku<br />
<br />
Yogya, 1 April 2014</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
</div>
<div style="text-align: justify;">
Jika menurut kalian, artikel ini
bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga
Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah
membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page
kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala
yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa
yang memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti
orang yang melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br />
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-12212145912157383592014-05-03T23:09:00.000+07:002014-05-03T23:09:00.369+07:00Puisi Kehidupan ( Dibantai Keadaan )<div style="text-align: center;">
<i> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEititY9vy7P9fbQVTJMeVaIVVPPQgtjI9mU0dM6Jz_Szvnp2t2AiITC_Q4zkeBYFk86ShuqA8j64Pg-VCkRcvSRT4neZCj_sprHJhmupe_VFzqe6IuX_iDKhsvLZNcAaLM3TRWoCikIYus/s1600/dibantai+keadaan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Puisi Kehidupan ( Dibantai Keadaan )" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEititY9vy7P9fbQVTJMeVaIVVPPQgtjI9mU0dM6Jz_Szvnp2t2AiITC_Q4zkeBYFk86ShuqA8j64Pg-VCkRcvSRT4neZCj_sprHJhmupe_VFzqe6IuX_iDKhsvLZNcAaLM3TRWoCikIYus/s1600/dibantai+keadaan.jpg" height="188" title="Puisi Kehidupan ( Dibantai Keadaan )" width="200" /></a></div>
</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Dibantai Keadaan<br />Oleh: Dhedi R Ghazali<br /><br />Mampus aku!!!<br />Denting hinaan terdengar<br />semerdu suara peluru-peluru,<br />berhamburan di medan perang<br /><br />Jiwaku merenung di sudut kekalutan<br />diterkam nuansa mencekam...<br />Mungkinkah aku bertahan?<br /><br />Entahlah...<br />suasana ini telanjangi hati<br />Hingga terlihat jelas<br />lebam biru menyelimutinya<br />Begitu terlihat pun berbau busuk<br />membangkailah sudah,<br />Berdarah, bernanah<br />; mampus sudah!<br /><br />Yogya, 06 April 2014</i></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-24896513685055063482014-05-02T23:04:00.000+07:002015-08-26T23:25:31.177+07:00Sahabat Terbaik Adalah Orang Tua Kita<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnT-jgDPnVI8YDgod0gJhb3RoCiEDDr8qEhTDN1CKM6ybOP6Kzyb-zeaaCSX6HnB3BCHyf4H0E83eGodpgM7HD9YZzYXr9gpn_bVtX9QFSuynJrqICSHFuFOQDKoAe1pEQRVW5wnWoG78/s1600/sahabat+sejati.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Sahabat Terbaik Adalah Orangn Tua Kita" border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnT-jgDPnVI8YDgod0gJhb3RoCiEDDr8qEhTDN1CKM6ybOP6Kzyb-zeaaCSX6HnB3BCHyf4H0E83eGodpgM7HD9YZzYXr9gpn_bVtX9QFSuynJrqICSHFuFOQDKoAe1pEQRVW5wnWoG78/s1600/sahabat+sejati.jpg" title="Sahabat Terbaik Adalah Orangn Tua Kita" width="320" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap orang tentu mempunyai sahabat. Entah berapapun banyak sahabat yang kita punya, pasti pula akan ada satu sahabat yang akan sangat berkesan dan berpengaruh dalam kehidupan yang kita jalankan. Di sisi lain kita juga tak bisa menutup mata jika terkadang justru orang yang selama ini kita anggap sebagai sahabat kita ternyata mengkhianati kepercayaan yang kita berikan kepadanya. Sering saya mendengar teman dan sahabat saya mencurahkan isi hatinya. Mereka telah sangat percaya kepada seseorang dan menceritakan keluh kesah kepadanya, tidak hanya hal yang bersifat biasa bahkan hal yang bersifat rahasia serta pribadipun telah diceritakan. Akan tetapi apa mau dikata, setiap orang mempunyai sifat yang mudah berubah layaknya musim yang selalu mengalami perubahan. Pada akhirnya semua yang dia ceritakan justru diceritakan kepada orang lain sehingga cerita itu menyebar luas bagaikan diterbangkan angin dan membisikkan semua kepada telinga-telinga yang dilaluinya. Pernahkah hal ini terjadi pada Anda?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Secara pribadi saya sendiri pernah mengalami hal tersebut. Sebuah penghiantan diguratkan oleh sahabat saya sendiri. Ternyata lamanya persahabatan tidak bisa menjadi jaminan dan hitungan. Sudah hampir 3 tahun saya bersahabat dengan dia. Akan tetapi hanya karena adanya kesalahpahaman serta adu domba pihak ketiga akhirnya sahabat saya itu saat ini seolah menjadi musuh saya sendiri. Pengkhiantan telah dia berikan, bahkan sampai dia menyebarkan berita yang seharusnya menjadi rahasia antara dia dan saya. Entah apa yang ada dibenak sahabat saya itu. Sungguh dia berubah begitu cepat dan dengan alasan yang sampai saat ini belum saya temukan. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<i>Penghianatan<br />Oleh: Dhedi R Ghazali<br /><br />Jubah kesabaran ini terlalu berat<br />Kutanggalkan saja biar sabarku bebas bergerak<br />Biarkan saja kesana kemari dan lalu pergi<br />Meninggalkan tubuh telanjang ini<br /><br />Tubuhku kini telanjang kawan<br />Hingga terlihat jelas sayat-sayat hianat yang kau gurat...<br />Tidakkah kau iba?<br />Sedang kulihat kau tertawa<br /><br />Tak sadarkah kau<br />telah menginjak-nginjak aku saat tubuhku tersungkur?<br />Atau mungkinkah kau lupa<br />akan aku yang selalu ada disetiap keadaan yang menerpa?<br /><br />Dimana janji setiamu itu?<br />Hingga kau lindas aku dengan keangkuhanmu<br />Kau datang saat kau membutuhkan<br />Sedang kau pergi saat aku sendiri<br /><br />Sudahlah kawan<br />Kesabaran ini tak lagi sekuat karang<br />Kini telah hancur diterpa topan penghianatan<br />Semua yang pernah kita lewatkan<br />Hanyalah sebatas kenangan yang tak layak untuk dikenang<br /><br />Aku pergi kawan<br />Menikmati perihnya sayatan yang kau guratkan<br />Dengan sengaja dan dengan sadar adanya.<br /><br />Yogya, 12 April 2014</i> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah saya pikirkan, ternyata saya menemukan hal yang mungkin selama ini saya lupakan. Apa itu? Hal tersebut adalah sesungguhnya sahabat yang paling dekat dan paling tepat untuk kita jadikan tempat mencurahkan isi hati adalah keluarga dan saudara kita sendiri. Bukan berarti kita tidak perlu mencari sahabat, kita tetap harus mempunyai sahabat karena bagaimanapun juga kita tidak akan bisa hidup sendirian tanpa adanya sahabat yang mendampingi setiap langkah kita. Akan tetapi akan lebih baik jika kita tidak menceritakan semua permasalahan terutama permasalahan yang pribadi kepada sahabat kita tersebut. Bagaimanapun juga kita harus tidak mudah percaya dengan orang lain meskipun orang tersebut sudah dekat dengan kita. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Itulah sekelumit cerita nyata yang saya alami sendiri. Semoga dengan sedikit rangkaian kalimat tersebut dapat berguna bagi kita. Ingatlah sesungguhnya kita telah mempunyai <a href="http://dhedighazali.blogspot.com/2014/01/tips-mencari-sahabat-terbaik.html" target="_blank">sahabat terbaik</a> yang begitu dekat dengan kita dari kecil dan tak akan pernah tergantikan, mereka adalah Ayah dan Ibu kita ( Orang Tua Kita ). Jadi akan lebih bijak jika kita bisa menyisakan waktu dalam kesibukan kita sehari-hari untuk share dengan mereka. Jika kita saja mau untuk bercengkrama dan bermain dengan teman-teman kita, lantas apa kita tidak bersalah jika kita tidak melakukan hal yang sama kepada kedua orang tua kita?</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-29844629741418652572014-05-01T21:56:00.000+07:002014-05-19T11:59:30.253+07:00Menggapai Cita-Cita ( Kisah Nyata )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLfpXKiZIfBV2w6rXIThDogMg_LWKz0YLqSYJjdg2NTnA5cTNK9HXVdwu1qV-pPt8dnlqUJnov1GXFKi05hRCZc_UNaNQtYWRcWm-xO8KG6OCoc0JvRzSPUk-8hoytDJou1Blu-jxotK8/s1600/Menggapai+Cita-cita.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Menggapai Cita-Cita ( Kisah Nyata )" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLfpXKiZIfBV2w6rXIThDogMg_LWKz0YLqSYJjdg2NTnA5cTNK9HXVdwu1qV-pPt8dnlqUJnov1GXFKi05hRCZc_UNaNQtYWRcWm-xO8KG6OCoc0JvRzSPUk-8hoytDJou1Blu-jxotK8/s1600/Menggapai+Cita-cita.jpg" height="150" title="Menggapai Cita-Cita ( Kisah Nyata )" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Assalamualaikum wr.wb<br />
Dengan mengucap Bismillah, <br />
Lewat tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman saya selama melalui berbagai proses rekrutmen CPNS ( Calon Pegawai Negri Sipil ) Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Semoga tulisan ini bermanfaat dan mampu menjadi penyemangat serta motivasi bagi para rekan-rekan yang nantinya akan mencoba untuk mendaftar menjadi CPNS Kementerian Hukum dan HAM di tahun-tahun berikutnya.<br />
Sebelum saya memulai cerita dan pengalaman saya, alangkah baiknya saya memberitahukan kepada para pembaca , apa yang nantinya akan saya ceritakan lewat tulisan ini adalah sebuah fakta yang insyaallah tidak ada rekayasa didalamnya. Nama saya Dhedi Rusli Ghazali, tinggal di Kabupaten Bantul. Saat ini sedang menempuh kuliah disalah satu Universitas Swasta di Yogyakarta, Jurusan Sistem Informasi. Saya merupakan salah satu pendaftar CPNS yang lolos seleksi di Kementerian Hukum dan HAM Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012. Insyaallah tertanggal 1 April 2013 SK saya sudah turun dan selangkah lebih dekat untuk menggapai cita-cita saya menjadi seorang PNS. Saya adalah anak ke 2 dari 3 bersaudara di sebuah keluarga yang sederhana. Meskipun demikian saya sangat berbangga dan bersyukur telah dikaruniakan keluarga yang menurut pribadi saya amat sangat berharga dan tak akan ternilai harganya, terutama kedua orang tua saya yang selalu memberikan semangat disaat saya melewati masa-masa sulit ketika proses rekrutmen CPNS KEMENKUMHAM DI. Yogyakarta. Ayah saya hanyalah seorang penjahit sederhana yang membuka usaha dirumah, sedangkan ibu saya adalah seorang pedagang makanan tepatnya berjualan Soto dan gado-gado. Kenapa saya menceritakan latar belakang keluarga saya, hal ini dikarenakan saya ingin memberikan sebuah pesan kepada pembaca bahwa dalam mencapai sebuah cita-cita khususnya cita-cita menjadi PNS Kementerian Hukum dan HAM, latar belakang keluarga “TIDAK” bisa dijadikan alasan untuk kita pesimis dan menyerah dalam menggapai cita-cita tersebut. Karena didalam syarat-syarat mendaftar CPNS khususnya Kementerian Hukum dan HAM “TIDAK” ada syarat yang menganjurkan kita harus berasal dari keluarga yang mampu, kaya, terpandang dan lain sebagainya. Maka jangan pernah menjadikan latar belakang keluarga sebagai alasan serta hambatan untuk tidak berusaha menggapai apa yang kita inginkan terutama dalam usaha menjadi PNS Kementerian Hukum dan HAM. Karena jika kita merasa minder dengan latar belakang keluarga kita, maka bisa saya katakan “ ANDA TELAH MENYERAH SEBELUM BERPERANG “ .<br />
<br />
Keberhasilan saya dalam menggapai cita-cita saya untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil dan insyaallah menjadi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan HAM bukanlah suatu keberhasilan yang mudah didapat dengan cara yang instan. Semua saya gapai dengan penuh perjuangan, pengorbanan dan semangat serta percaya diri yang tinggi. Bukan kali pertama pula saya mendaftar CPNS Kementerian Hukum dan HAM. Saya sudah 2 kali mendaftar CPNS kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Kenapa saya bercita-cita menjadi seorang PNS, jujur karena saya ingin mengangkat derajat orang tua saya di mata masyarakat dan menunjukkan kepada masyarakat bahwa saya dan keluarga saya mampu serta sanggup berperestasi. Tak dipungkiri, menjadi PNS adalah keinginan banyak orang tak terkecuali pemuda didaerah kelahiran saya, karena menjadi seorang PNS akan secara otomatis membuat kita mempunyai sebuah kedudukan dimasyarakat dan tidak akan dipandang sebelah mata lagi. Dikehidupan sekarang, kesenjangan sosial sangat terasa dilkalangan masyarakat. Untuk itulah saya ingin sekali membuktikan bahwa saya mampu menjadi PNS melalui seleksi serta lolos dengan murni tanpa menggunakan “JASA”. Karena yang selama ini sangat melekat dimasyarakat bahwa seorang yang lolos seleksi CPNS sebagian besar adalah “ ORANG BAWAAN”. Bagi saya semua itu tidak membuat Pesimis saya, apapun yang kita inginkan harus kita usahakan. Sebagai manusia kita hanya bisa berncana dan berusaha, sedang hasil akhir adalah sepenuhnya Kehendak Allah SWT.<br />
<br />
Tahun ini bukanlah pertama kalinya saya mendaftar CPNS Kementerian Hukum dan HAM DI Yogyakarta. Sudah 2 kali saya mendaftar, dan alhamdulillah pendaftaran tahun 2012 ( pendaftaran kedua ), saya dapat lolos seleksi dan menjadi CPNS tertanggal 1 April 2013 di Kementerian Hukum dan HAM DI. Yogyakarta. Pada tahun 2010 yang lalu, saya juga mendaftar CPNS. Waktu itu saya tidak lolos seleksi ditahap Tes Tertulis. Pada pendaftaran pertama tersebut, beredar dimasyarakat bahwa 80% sudah orang “BAWAAN”, sedang sisanya baru lolos seleksi murni. Saya waktu itu sempat pesimistis, namun seiring waktu dan atas nasehat orang tua saya, saya tidak pernah memikirkan berita tersebut. Entah berita itu benar atau salah, saya tidak mau tahu. Yang saya lakukan hanyalah berusaha dan terus berusaha agar saya bisa lolos seleksi tersebut. Singkat cerita dipendaftaran tahun 2010 tersebut saya hanya sampai pada tes tertulis dan tidak lolos dites tersebut. Sempat saya merasakan prustasi dan mulai putus asa waktu itu. Dipikiran saya mulai menyeruak sekumpulan mainset yang negatif. Saya mulai berfikir bahwa saya memang tidak mampu menjadi PNS dan parahnya lagi saya juga berfikir bahwa menjadi seorang PNS hanyalah diperuntukkan orang-orang yang mempunyai modal Uang yang besar. Pemikiran-pemikiran negatif tersebut sangat mengganggu pikiran saya selama 1 tahun teakhir sehingga saya memutuskan untuk meneruskan Pendidikan saya kejenjang perguruan tinggi dan berniat tidak akan mendaftar menjadi PNS lagi.<br />
<br />
Selang 2 tahun kemudian tepatnya sekitar pertengahan bulan Juli tahun 2012, dibuka kembali rekrutmen CPNS Kementerian Hukum dan HAM. Waktu itu saya sudah berada disemester 6 awal semester 7. Suatu hari saya didatangi teman, sebut saja namnya Galih. Saya tidak akan lupa dengan dia, karena tanpa dia saya tidak akan pernah lolos seleksi CPNS Kementerian Hukum dan HAM Kantor Wilayah DI Yogyakarta. Waktu itu kalau tidak salah tepat 3 hari sebelum pendaftaran ditutup, Galih datang kerumah saya dan memberitahu kalau ada lowongan kerja CPNS via online. Dia mengajak saya untuk ikut mendaftar, saya sempat ragu-ragu selain karena saya berniat menyelesaikan kuliah dulu dipikiran saya juga masih ada sisa-sisa kekecewaan kegagalan waktu pendaftaran tahun 2010. Saya menanggapi ajakan itu dengan tidak serius dan hanya tersenyum-tersenyum saja waktu itu. Akhirnya saya menolak untuk ikut mendaftar. Malam harinya setelah makan malam bersama ayah saya, sekitar pukul 19.30 WIB, saya sharing dengan beliau. Meminta pendapat beliau sebaiknya apa yang harus saya lakukan, ikut mendaftar atau tidak. Selama 30 menit beliau meberikan pendapat yang menurut saya juga sebagai pelecut semangat saya. Beliau berkata yang intinya , tidak ada salahnya mencoba. Kalau kita tidak mencoba, kita tidak akan tahu apa hasil yang kita dapat. Seandainya kita gagal, pasti kita akan mendapatkan pengalaman berharga yang tidak bisa dibeli dengan apapun. Ada kata-kata yang sampai saat ini masih sangat melekat dipikiran saya, beliau berkata “ Le, awake dhewe manungso iku mung iso berencana lan usaha, nek masalah hasile iku wes wewenange Gusti Allah. Nek awake dhewe ra usaha lan doa, Gusti Allah ra bakal ngenehi dalan !” Artinya, Nak, kita manusia itu hanya bisa berencana dan berusaha, sedang maslah hasil itu adalah Kehendak Allah SWT. Kalau kita tidak mau berusaha dan berdoa, Allah SWT tidak akan memberi jalan kepada kita. Kata-kata itulah yang sampai saat ini menjadi prinsip saya dalam menjalani kehidupan, nasehat itu pula yang membuat saya kembali bergairah untuk memulai dari awal usaha saya dalam menggapai cita-cita saya menjadi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan HAM.<br />
<br />
Akhirnya saya bertekad untuk berusaha kembali mendaftar CPNS dan membuang jauh-jauh masa lalu ditahun 2010 yang gagal melewati seleksi CPNS. Seketika setelah saya sharing dengan ayah saya, sekitar pukul 20.30 WIB saya langsung pergi kewarnet untuk mendaftar online. Saya mendaftar menggunakan ijazah SMA sebagai Pengamanan Pemasyarakatan ( sipir ). Dari sinilah awal cerita perjuangan saya melewati tahapan demi tahapan samapai akhirnya saya lolos seleksi CPNS Kementerian Hukum dan HAM tahun 2012. Pagi harinya, berarti 2 hari sebelum pendaftaran ditutup, saya harus bisa melengkapi syarat-syarat administrasi yang nantinya dikirim ke Kantor Wilayah. Saya benar-benar memulai dari nol, belum ada satu syaratpun yang sudah saya miliki. Mulai dari legalisir ijazah SD, SMP dan SMK, SKCK, Kartu Pencari Kerja, Surat keterangan Sehat dan syarat-syarat lainnya. Sempat saya kembali berfikir apakah saya sanggup melengkapi syarat-syarat tersebut selama 2 hari ??. Namun saya teringat kata-kata ayah saya yang menuntut saya untuk berusaha sekuat mungkin. Dan disinilah kata-kata orang tua saya terbukti, bahwa pengalaman itu akan sangat berharga dikemudian hari. Karena pengalaman saya mendaftar CPNS tahun 2010, maka saya sudah tahu apa saja yang perlu saya lakukan pertama kali untuk melengkapi syarat-syarat tersebut. Belajar dari pengalaman sebelumnya, maka percaya diri saya mulai tumbuh. Hari pertama saya lewati untuk mencari surat keterangan sehat serta legalisir ijasah. Malam harinya saya membuat surat lamaran. Hari berikutnya saya melengkapi syarat yang lain yaitu mencari SKCK dan Kartu Pencari Kerja. Sampai akhirnya semua syarat sudah lengkap dan tinggal menngirim via pos.<br />
Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya keluar pengumuman bahwa saya lulus seleksi berkas. Dan menuju tahap berikutnya yaitu cek fisik dan penyesuaian berkas yang telah dikirim via pos dengan data yang asli. Saat tahap berikutnya, saya tidak sendirian lagi. Galih juga lolos tahap pertama, dan mulai dari sini saya melanjutkan tahap berikutnya bersama dia. Mulai dari sini pula ada kejadian yang lucu sekaligus membuat saya mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Ditahap cek fisik saya lalui dengan mulus, maklumlah secara fisik tahun kemarinpun mulai dari berat badan, tinggi badan saya sudah memenuhi syarat, jadi sudah optimis lolos. Namun ternyata ditahapan penyesuaian berkas, tidak saya lalui dengan mulus. Waktu itu ternyata ada salah satu surat yang lupa tidak saya bawa yaitu KK ( Kartu Keluarga ). Dan itu saya sadar saat ditanya oleh panitiua seleksi, <br />
“ KK dibawa gak mas ???”.<br />
Karena gugup, saya jawab aja “ Gak bawa Bu, terus gimana Bu??. <br />
Panitia tersebut jawab “ YA kalau tidak ada KK berarti gak lengkap, dan tidak lulus”. Seketika itu juga saya terdiam, dan mulai kebingungan. <br />
Akhirnya saya mendapatkan ide, saya bertanya pada panitia tersebut” Kalau saya ambil dulu gimana bu? <br />
Dijawab “ Bisa saja, tapi harus antri dari awal “.<br />
Akhirnya saya putuskan menghubungi adik saya untuk membawakan KK tersebut ke tempat pendaftaran. Waktu itu pas Puasa Ramadhan, dan saya harus mulai antri di antrian paling belakang. Seharian saya menunggu giliran, cuaca panas menyengat tak saya hiraukan dan Alhamdulillah meskipun demikian saya tetap mampu melanjutkan puasa saya. Sampai akhirnya saya lolos tahap tersebut dan lanjut ke tahap tes SAMAPTA.<br />
Karena jadwal tes SAMAPTA masih lama, maka ada waktu untuk mempersiapkan fisik dengan latihan-latihan. Sedikit banyak saya tahu apa saja yang dilaksanakan saat tes tersebut dari pengalaman pendaftaran tahun 2010. Selang waktu , saya tidak hanya berdiam diri. Setiap 2 x dalam seminggu saya latihan, seperti lari sore, latihan push up dan benar-benar melatih fisik saya untuk menghadapi tes selanjutnya. Saat itupun saya sudah mulai mencari latihan-latihan soal online tes tertulis, berkaca dari pengalaman tahun 2010 yang gagal dalam tes tertulis saya bertekad untuk benar-benar memanfaatkan waktu saya untuk belajar dan belajar. Saya optimis sekali akan lolos tes SMAPTA, dan akan mampu melanjutkan tes tertulis. Maka itu saya mulai belajar. Setiap malam saya belajar mengerjakan soal-soal tertulis yang bisa didownload gratis. Maklum, mengingat keuangan yang minim jadi Cuma bisa belajar dengan soal-soal gratis, bukan dari buku-buku yang dijual. Tidak cukup sampai disitu, selain mengumpulkan soal-soal CPNS, saya juga mencari inspirasi dari orang-orang yag telah diterima menjadi PNS . Ketika banyak rekan-rekan yang sibuk dengan kuliah yang sudah mulai masuk semester2 akhir, kebetulan waktu itu juga pas saat saya sedang menjalankan KKL ( Kuliah Kerja Lapangan ) justru saya palah menyibukkan diri dalam persiapan tes CPNS tahap berikutnya, sampai pada akhirnya kuliah saya sempat terbengkalai dan nilai yang didapat pun tidak sebagus nilai-nilia kemarin. Yang ada dipikiran saya waktu itu hanyalah, kesempatan ini tidak boleh saya lewatkan sedang masalah kuliah bisa diperbaiki nilainya dengan jalan mengambil ulang mata kuliah meskipun harus memabayar registrasi ulang setiap SKSnya, namun saya berfikiran kalau saya diterima CPNS kali ini, saya rasa masalah uang tidak akan terlalu menyulitkan lagi. Kembali saya teringat nasehat ayah saya yang mengatakan manusia hanya bisa berusaha dan berdoa. Saya mulai berdoa setiap saat, setiap shalat maghrib serta shalat isya saya berjamaah dimasjid dan setiap selesai shalat saya selipkan doa agar saya dilancarkan dalam menghadapi tes CPNS serta lolos dalam setiap tahap seleksinya. Kebetulan waktu itu pula sedang dalam bulan ramadhan, saya juga kadang melaksanakan shalat malam dimasjid bersama Ayah saya disitu pula saya tidak lupa meminta dan memohon pertolongan dari Allah SWT. Tidak cukup disitu saja, saat hari raya, didaerah saya ada tradisi “ Sungkeman”. Tradisi ini adalah sungkem pada saudara serta tetangga yang lebih tua dari kita, saat sungkeman pun saya meminta doa dari orang-orang yang saya sungkemi, setiap sungkeman saya selipkan doa “ kula nyuwun donga pangestunipun mugi-mugi nopo kemawon ingkang kula cita-cita aken saget dipun ijabahi kalian Allah SWT “ Artinya, saya minta doanya agar apa saja yang saya cita-citakan dapat dikabulkan oleh Allah SWT. Waktu itu didalam hati saya berkata cita-cita saya untuk saat ini adalah diterima CPNS, semoga cita-cita tersebut dapat tercapai.<br />
<br />
Singkat waktu tibalah waktu tes SMAPTA dimulai. Waktu itu tes dilaksanakan di Stadiun Mandala Krida Yogyakarta. Saat tes tersebut setiap peserta dianjurkan untuk membuat nomor dada yang telah ditentukan oleh panitia. Malam hari sebelumnya saya sudah membuat nomor tersebut, namun kembali lagi terjadi kejadian yang tidak diduga. Nomor yang harusnya ditulis 4 digit angka terakhir nomor pendaftaran, ternyata saya hanya menuliskannya 3 digit. Panitiapun tidak menerima hal tersebut, akhirnya saya kembali keluar stadiun saya lihat diluar banyak orang yang menyediakan jasa pembuatan nomor dada. Namun kalau tidak salah , setiap nomor dada dihargai 20 ribu. Sedangkan saya hanya membawa uang 15 ribu, saya sempat kebingungan. Akhirnya saya berinisiatif untuk membuat ulang nomor dada saya, nomor dada yang sudah saya buat saya renovasi untuk membuat nomor dada baru. Saya mencari toko yang menjual spidol warna hitam, akhirnya saya beli spidol tersebut dengan harga Rp. 2000. Saya tulis kembali nomor yang 4 digit dibalik nomor yang 3 digit, menuliskannya pun tidak sesuai aturan mungkin waktu itu nomor dada yang paling jelek adaah milik saya. Maklum dibuat mendadak saat itu juga. Akhirnya nomor dada tersebut selesai saya kerjakan, dan mulai antri mendaftar tes lagi dari urutan belakang lagi. Saat itu sudah pukul 11 siang saya akhirnya mendapat giliran. Saat saya dipanggil, untuk tes SMAPTA, salah seorang panitia bertanya, “ Mas nomor dadanya kug penulisannya tidak sesuai dengan ketentuan “. Saya pun menceritakan hal yang terjadi sebenarnya, untunglah panitia tersebut mengerti dan mengizinkan saya uttuk mengikuti tes tersebut. Waktu tes tersebut saya mampu berlari 6 putaran lapangan selama 11 menit, mampu sit Up sebanyak 40 x daam 1 menit, push up 20 x dalam 1 menit dan lari zig-zag sebagai yang tercepat dalam kelompok saya. Akhirnya tes tersebut mampu saya lewati, dan tinggal menunggu pengumuman dari panitia.<br />
<br />
Akhirnya tibalah hari pengunguman kelolosan tes SMAPTA, waktu itu pengumuman ditempel didaerah Kanwil Kemenkumham DI. Yogyakarta, saya pun datang kesana dan Alhamdulillah lolos tes SMAPTA. Yang lolos tes tersebut masih berjumlah ribuan orang. Saat melihat pengumuman tersebut, banyak orang yang menjajakan soal-soal latihan soal-soal CPNS. Waktu itu banyak rekan-rekan yang lolos berbondong-bondong membeli latihan soal tersebut, namun tidak bagi saya karena memang tidak mempunyai uang. Namun saya tidak begitu saja menyerah, saya mencari kenalan yang membeli soal-soal tersebut, dan saya pinjam untuk difoto copy yang harganya akan relatif lebih murah. Akhirnya saya pun juga punya latihan soal tersebut, meskipun hanya foto copy. Bagi saya yang penting masih bisa dibaca dan dipelajari. Hari demi hari menunggu waktu tes tertulis saya lewati dengan terus mempelajari kumpulan soal yang saya punya, baik hasil download di internet maupun pinjam dari teman. Selama itupun saya mulai teringat masa lalu yang gagal dalam tes tertulis, namun justru hal tersebutlah yang memicu semangat saya untuk lebih keras berusaha. Waktu itu pula, nada-nada pesimis dari teman-teman dan tetangga mulai terdengar. Tetangga dan teman-teman saya mulai berkata, “ Kowe ra bakal iso lolos, sing lolos ki wes cah gawan kabeh, rasah mimpi dhuwur-dhuwur mung stres ngko, mending fokus kuliah”. Artinya, “ Kamu tidak akan bisa lolos, yang lolos itu sudah orang “BAWAAN” semua, tidak usah bermimpi tinggi-tinggi daripada palah stres, lebih fokus kuliah saja “. Namun saya Cuma tersenyum saja mendengar kata-kata tersebut, sambil saya jawab “ arep wong gawan, ora gawan, ra tak pikir. Sing penting aku wes usaha karo doa, nek ra lolos yowes berarti dudu rezekiku”. Artinya, Mau orang “bawaan” atau tidak, saya tidak mau memikirkan hal itu. Yang penting saya sudah berusaha dan berdoa, jika memang tidak lolos ya berarti bukan rezeki saya.<br />
<br />
Banyak sekali berita yang beredar tentang orang “BAWAAN” waktu itu, tapi saya tidak mau tahu dan tidak mau terpengaruh dengan kata-kata tersebut. Tetap optimis dan tetap belajar untuk menghadapi tes tertulis, itulah hal yang saya lakukan. Toh yang mendaftar itu saya, bukan mereka yang bisanya Cuma ngomong saja tanpa tahu fakta yang ada. YA meskipun entah berita itu benar atau tidak, saya juga tidak tahu dan tidak mau tahu, saya tetap fokus terhadap usaha dan doa dalam mencapai tujuan saya. Sampai pada akhirnya malam hari sebelum ujian tertulis, saya menyiapkan alat-alat yang diperlukan. Pagi harinya, tes tertulis dimulai. Sebelum berangkat, saya sempatkan melakukan shalat dhuha terlebih dahulu untuk meminta kemudahan pada Allah SWT. Setelah itu, saya sungkem pamit dengan ayah,ibu dan nenek saya dan meminta doa mereka. Ditempat ujian, saya lihat disamping saya sudah membawa pensil baru, penghapus baru, pengerta baru, dan alas papan yang terlihat baru pula. Saya pun mulai menyiapkan peralatan, yang saya bawa adalah pensil yang tinggal seperempat batang, penghapus yang tinggal separo dan alas papan yang saya buat sendiri dari triplek bekas maenan ponakan saya. Yang sering dia gunakan untuk belajar menulis dan menghitung dengan kapur. Maklum saya hanya ingin mamksimlakna alat-alat yang sudah ada dan masih bisa digunkan, toh juga Cuma digunakan untuk satu hari tersebut, jadi saya tidak membeli peralatan baru. Tibalah waktu tes dimulai, saat tes dilaksanakan, banyak rekan-rekan sekitar saya duduk yang saling contek mencontek satu sama lain, . Bahkan ada yang sempat minta jawaban dari saya, namun saya hanya diam. Sampai akhirya dia berbisik pada teman sebelahnya menyindir saya dengan kata-kata “ Sok pintar , gak bakalan lulus dia”. Saya pun tidak gubris kata-kata mereka, Cuma beristighfar dan tetap fokus mengerjakan soal tersebut. Sisa waktu tinggal sebentar lagi, rekan-rekan yang lain sudah mulai berhamburan keluar ruangan. Namun tidak bagi saya, waktu yang masih ada saya gunakan untuk mengoreksi ulang jawaban-jawaban saya. Sampai akhirnya dinyatakan waktu habis, baru saya keluar ruangan. Singkat cerita akhirnya tes tertulis tersebut sudah selesai saya hadapi.<br />
<br />
Hari demi hari saat menunggu hasil tes tertulis, saya tetap memanjatkan doa agar dapat lolos tes tertulis tersebut. Saat itu pengumuman sempat ditunda sebanyak 2 x. Saya pun sempat mulai pesimis.Agar tidak terlalu kepikiran, saya kembali fokus dan mulai memperbaiki nilai-nilai kuiah saya serambi menunggu hasil tes tersebut. Suatu hari saya jatuh sakit karena terlalu kelelahan saat diajak saudara pergi kesragen ke tempat saudara saya. Saya sempat dirawat inap selama 3 hari. Di RS dokter mengatakan saya kecapekan dan terlalu banyak pikiran. Jujur mamang waktu itu saya kepikiran hasil tes yang sempat ditunda 2x, pesimistis sempat menyelubungi hati saya hingga saya jatuh sakit. Saat sakit saya Cuma bisa berbaring di RS, dan masih memikirkan hasil tes. Suatu hari ayah saya berkata “ Wes, rasah dipikerke, Insyaallah ketompo, tak dongake. Ndelok ne mu usaha wae aku wes seneng le “. Artinya : Sudah, tidak usah dipikirkan, Insyaallah diterima, tak doakan. Melihat usaha keras kamu saja, saya sudah senang nak. Mendengar kata-kata tersebut saya terenyuh dan pengen segera sembuh serta sangat berharap saya bisa lolos tes tersebut. Akhirnya saya diperbolehkan pulang oleh pihak RS, waktu itu kalau tidak salah tiga hari sebelum pengumuman tes yang ketiga kalinya. Tibalah waktu pengumuman tes, pagi hari sekitar pukul 10.00 WIB, saya pergi kewarnet untuk melihat pengumuman. Saat saaya buka pengumuman, begitu kaget bercampur senag, haru dan seolah tidak percaya , tenyata di pengumuman tersebut ada nama DHEDI RUSLI GHAZALI . Seketika itu juga saya bersujud syukur kepada Allah, hasilnya lalu saya print dan saya bawa pulang. Sesampainya dirumah, saya memberikan hasil tersbut, langsung ayah sama ibu saya memeluk saya dan mengucapkan selamat. Setelah itu, saya kabari kakak saya yang berada di Tegal, dia pun menangis mendengar kabar bahagia tersebut. Sungguh sangat bersyukur sekali Kepada Allah Yang telah mengabulkan doa saya. Meskipun demikian , masih saja ada beberapa orang yang belum percaya saya lolos tes. Bahkan sempat ada kata-kata “ Nganggo duit piro kowe kug iso ketompo’? Pakai uang berapa juk kamu bisa diterima. Saya jawab “ Po yo bakul soto ro tukang jahit duwe duit puluhan juta nggo mbayari ben ketompo???”. Apa penjual soto dan penjahit punya uang puluhan juta buat membayari biat bisa diterima???. Demi Allah dan Kedua orang tua saya, Saya bisa lolos tes ini tidak dengan uang suap satu rupiahpun.<br />
<br />
Singkat cerita adalah menuju pemberkasan ulang. Dipemberkasan ulang saya harus menyiapkan dan membuat ulang kembali SKCK, Karti Pencari Kerja, Kartu Sehat dan surat bebas narkoba. Untuk membuat semua itu diperlukan uang ratusan ribu, dan jumlah tersebut bagi keluarga saya bukanlah jumlah yang sedikit. Terlebih lagi uang tabungan sudah terkuras untuk biaya pengobatan saya di RS. Sampai akhirnya orang tua saya menggunakan uang sisa tabungan untuk membayar kuliah adik saya. Saat itu saya berjanji, “ Besar uang yang sudah orang tusa saya keluarkan selama tes CPNS ini akan saya kembalikan 2 x lipat saat saya sudah mendapat gaji dari pekerjaan saya ini’. Itu dan nadzar saya. Melihat perjuangan, pengorbanan serta dukungan orang tua saya, saya akan memabalas semua itu dengan hasil jerih payah saya. Sebisa mungkin dengan gaji saya besok, saya akan membahagiakan dan membanggakan orang tua saya. Pada akhirnya, tanggal 1 April 2013 besuk adalah hari penyeraha SK. Saya diterima sebagai Pengamanan Pemasyarakatan di LAPAS II B Wates. Namun ini bukanlah akhir dari perjuangan saya untuk mendapat gelar PNS karena saat ini saya masih berstatus CPNS. Semoga saya segera diangkat sebagai PNS dan membuat bangga keluarga serta saudara-saudara saya. Dan lewat pekerjaan saya ini, sebisa mungkin saya akan mengabdikan diri saya untuk Allah SWT, untuk orang tua saya dan untuk Negara saya yaitu Negara Republik Indonesia. Itulah cerita dan pengalaman saya saat menjalani tahap demi tahap rekrutmren CPNS KEMENKUMHAM Kanwil DI. Yogyakarta, semoga bisa menjadi inspirasi dan semangat bagi rekan-rekan semua. Ada beberapa point penting yang ingi saya sampaikan bagi rekan-rekan yang ingin mendaftar CPNS terutama CPNS KEMENKUMHAM ditahun depan, yaitu :<br />
<br />
1. Jangan pernah menjadikan latar belakang keluarga dan kondisi ekonomi kita sebagai hambatan dan alasan dalam menggapai cita-cita. Apapun latar belakang keluarga kita, tidak pernah jadi masalah terutama utuk mendaftar CPNS Kementerian Hukum dan HAM.<br />
2. Jangan terlalu lama terpuruk dalam kegagalan, karena kegagalan bukanlah akhir akan tetapi jadikan kegagalan tersebut sebagai pengalaman untuk kemudian hari.<br />
3. Teruslah berusaha, karena kalau kita tidak mencoba dan berusaha kita tidak akan pernah tahu apa hasilmya. Jangan berfikir semua dalah keberuntungan, karena keberuntungan juga perlu diusahakan.<br />
4. Kita sebagai manusia hanyalah bisa berencana dan berusaha, sedang hasil akhir adalah milik Allah SWT. Tetaplah berdoa dan terus berusaha, jangan pernah berhenti mencoba karena kita akan kalah saat kita mulai berhenti untuk mencoba.<br />
5. Mohon doa dan restu orang tua dalah penting adanya. Tampa mereka kita tidak akan bisa apa-apa.<br />
6. Apapun kata orang lain yang negatif, jangan pernah terlalu difikirkan. Tetap optimis, dan fokus untuk mencapai tujuan kita.<br />
<br />
Itulah cerita dari saya, dan saya tegaskan sekali lagi ini adalah realita, “ DEMI ALLAH DAN KEDUA ORANG TUA SAYA, SAYA LOLOS MENJADI CPNS KEMENKUMHAM TIDAK MENGELUARKAN UANG SUAP SATU RUPIAHPUN. SAYA LOLOS DENGAN HASIL USAHA DAN DOA”. <br />
Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi serta motivasi. Sekian dan terima kasih. Saat ini saya tengah menempuh skripsi untuk mendapat gelar Sarjana Komputer, saya minta doa agar saya dapat lulus dengan hasil yang maksimal. Dan semoga saya bisa emnggapai cita-cita saya dan diangkat menjadi PNS secepatnya. Amin .....</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Wassalamualaikum,.wr.wb . . .<br />
<br />
<br />
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)<br />
<br />
<br />
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-22165127022742888772014-05-01T21:48:00.000+07:002014-05-03T15:27:35.524+07:00Mohon Ampunan-Mu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhktDpP1Ox0NzWSdMaiz0Uuu0NBPJ-oVs6-6JhnN0n0yiJfgOlLf65lbgyNIie5CHMqotgWoP563bvP1ugwYNHXLpxp4kouuMJoUlSo4U5SppR04u8sK8J0XqFTyVr1J_SP8v2dDWTkBHQ/s1600/Mohon+Ampun.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Mohon Ampunan-Mu" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhktDpP1Ox0NzWSdMaiz0Uuu0NBPJ-oVs6-6JhnN0n0yiJfgOlLf65lbgyNIie5CHMqotgWoP563bvP1ugwYNHXLpxp4kouuMJoUlSo4U5SppR04u8sK8J0XqFTyVr1J_SP8v2dDWTkBHQ/s1600/Mohon+Ampun.jpg" title="Mohon Ampunan-Mu" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan. Terbuai oleh kenikmatan dunia yang sesaat seringkali menjadi hal yang sering terjadi dalam kehidupan manusia di dunia ini. Terlebih jika kita kaitkan dengan kehidupan beragama maka yang akan ada hanyalah sebuah penyesalan yang akan berujung pada permohonan ampunan pada Tuhan. Saya yakin bahwa telah banyak puisi yang bertemakan "Mohon Ampun". Kali ini saya akan memposting sebuah puisi yang bertemakan " Mohon Ampun ". Sebuah puisi yang berisi renungan untuk kita semua agar selalu mengingat Allah SWT. Semoga puisi ini dapat bermanfaat. Aamiin.</div>
<br />
Aku Mohon Ampun<br />
<br />
Untaian doa dalam balutan ketulusan cinta<br />
Kuterbangkan bersama keimanan yang kian pudar<br />
Hanya teruntukmu Tuhan<br />
<br />
Terlampau jauh hambamu ini tersesat<br />
Terbuai nikmat-nikmat sesaat<br />
; maksiat<br />
...<br />
Telanjangi ragaku<br />
Sirami dengan ampunan-Mu<br />
Harapku sekedar ridho-Mu<br />
<br />
Hati ini terlalu memar<br />
Tersamar oleh noda hitam yang menyerang<br />
Hingga lebam biru semakin membiru<br />
Membusuk terpenuhi laku-laku buruk<br />
<br />
Aku bersimpuh<br />
Dengan ikhlasku yang penuh<br />
Aku bersujud<br />
Bersama deraian airmata<br />
Yang begitu saja keluar<br />
Sesaat setelah kusebut namamu Tuhan<br />
<br />
Tersungkur aku dalam tafakur<br />
Mengenang kelam hidup yang sempat hancur<br />
Merebah aku dalam muhasabah<br />
Melemah tanpa pernah tersentuh sajadah<br />
<br />
Aku ingin pulang Tuhan<br />
Kejalan-Mu yang terang<br />
Aku ingin ampunan Tuhan<br />
Atas khilaf yang telah terjamahkan<br />
Dalam setiap napas kehidupan yang masih kau berikan<br />
<br />
Dhedi R Ghazali<br />
Yogya, 1 Mei 2014<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</div>
<br />Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-91854356253601863402014-04-15T21:09:00.000+07:002014-04-15T21:09:00.204+07:00Dimanakah Nuranimu, Ibu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkHAeF7l9ClgNnSo1wgnuz4xCtfhSO_KjcxsPFLmEQqK82kTARvRoKsxXXPbijnZMAf-Edhd7QPb5vby17wpqMFcbub586C3OH9sNJSvnWUXXDpXO7rGBJWG8DHiAeCtUuGXy2VUwg7sQ/s1600/dimanakah+nuranimu,+ibu.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Dimanakah Nuranimu, Ibu" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkHAeF7l9ClgNnSo1wgnuz4xCtfhSO_KjcxsPFLmEQqK82kTARvRoKsxXXPbijnZMAf-Edhd7QPb5vby17wpqMFcbub586C3OH9sNJSvnWUXXDpXO7rGBJWG8DHiAeCtUuGXy2VUwg7sQ/s1600/dimanakah+nuranimu,+ibu.jpeg" height="147" title="Dimanakah Nuranimu, Ibu" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span class="userContent" data-ft="{"tn":"K"}">Rabu,
02 April 2014 di salah satu perempatan di Kota Yogyakarta saya
menemukan sebuah hal yang begitu memprihatinkan. Saat itu saya sedang
dalam perjalanan menuju kost salah satu teman saya. Singkat cerita di
sebuah perempatan bertepatan dengan nyala lampu merah saya melihat anak
kecil. Umur anak tersebut mungkin sekitar 7-8 tahun. Dengan bermodal
plast<span class="text_exposed_show">ik putih transparan dia menghampiri
dan berkata "Pak, minta uangnya Pak. Buat biaya sekolah". Saya pun
langsung merogoh uang di saku saya dan memberikannya pada anak tersebut.
"Terimakasih Pak", jawab anak itu serambi berjalan menghampiri pengguna
jalan lainnya.<br /> <br /> Terlintas banyak pertanyaan di benak saya saat
itu. Rasa miris menghinggapi hati bersama rasa iba yang mengikuti
menyusup ke dalam nurani. Waktu itu saya lihat hanya ada beberapa uang
receh Rp.500 yang ada di dalam plastik genggamannya. Mungkin jika
dijumlahkan semuanya tak lebih dari Rp.5000. Tersentak batin ini ketika
melihat anak tersebut menghampiri wanita separuh baya di seberang jalan.
Tanpa berkata apa-apa langsung saja anak itu memberikan plastik berisi
uang kepadanya dengan senyum yang begitu tulus. Saya berpikir itu adalah
ibunya. "Ibu macam apa itu?". Pertanyaan tersebut yang selanjutnya
menyeruak di kepala saya. Di saat anaknya meminta-minta mengais rizki di
tengah jalan, berjalan menghampiri setiap pengguna jalan, berbalut debu
jalanan serta disengat terik siang sedangkan Ibunya justru duduk manis
di seberang jalan serambi sesekali menyeruput seplastik es teh di
genggamannya.<br /> <br /> Di sepanjang jalan, yang ada di pikiran saya
masih saja tentang anak itu. Terlintas pikiran, waktu itu dia bilang
untuk biaya sekolah. Padahal saat itu pukul jam 10:00 WIB, bukankah saat
itu adalah waktu jam sekolah?. Entahlah, saya tidak mempermasalahkan
anak itu bohong atau tidak. Melihat keluguan dan kepolosannya, saya rasa
jika dia bohong itu semua adalah Ibunya yang mengajari. Yang jelas,
jika memang wanita itu adalah Ibu kandungnya, maka Ibu tersebut adalah
Ibu yang tidak bertanggung jawab. Seorang Ibu yang telah merenggut masa
depan anaknya sendiri. Dalam hati, saya hanya bisa berdoa "Ya Allah,
berikanlah hidayah kepada Ibu tersebut. Jadikanlah anak itu menjadi anak
yang sholeh, terangilah masa depannya dan lindungilah setiap jengkal
langkahnya. Bukakan lebar-lebar pintu rizkinya dan jadikanlah dia
penghuni surga-Mu. Aamiin"<br /> <br /> Saya yakin masih banyak anak-anak di
luar sana yang nasibnya tidak jauh beda dengan anak yang saya
ceritakan. Secerca penerus Bangsa yang teraniaya oleh ulah para
Pemimpinnya. Pemimpin-pemimpin korup yang tak tahu malu. Dimana UUD yang
dengan jelas menyatakan anak-anak terlantar dipelihara Negara? Kami
tunggu janji-janjimu di orasi-orasi kampanyemu.</span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Jika menurut kalian, artikel ini
bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga
Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah
membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page
kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala
yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa
yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti
orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-30202269448709866972014-04-14T20:58:00.000+07:002014-04-14T20:58:33.289+07:00Puisi Dari Balik Jeruji Besi<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNbHxDWNt5MGAOImUUw55h55EwlWHnEukmX6jyi-M6FcAYIiYgt0pzj_ywo41fB1YhqLwYcXv0-DW-RT-nlPsGbyT9acnpNj_IccGIM8fJ4aMh9cKR2dKGpcAdOtfU3-gHx1IX4b-3a-M/s1600/puisi+dari+balik+jeruji+besi.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Puisi Dari Balik Jeruji Besi" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNbHxDWNt5MGAOImUUw55h55EwlWHnEukmX6jyi-M6FcAYIiYgt0pzj_ywo41fB1YhqLwYcXv0-DW-RT-nlPsGbyT9acnpNj_IccGIM8fJ4aMh9cKR2dKGpcAdOtfU3-gHx1IX4b-3a-M/s1600/puisi+dari+balik+jeruji+besi.jpeg" title="Puisi Dari Balik Jeruji Besi" /></a></div>
<br /><br />Di Balik Jeruji Besi<br />Oleh:Dhedi R Ghazali<br /><br />Di balik jeruji besi ini<br />Kisah usam coba dia hapus<br />dengan waktu yang dia tebus<br />Membakar hangus kekhilafan yang sempat memberangus<br /><br />Di balik jeruji besi ini<br />Lembar noda hitam coba dia putihkan<br />Dengan kurungan penebusan<br /><br />Yogya, 12 Juli 2013<br /><br /><br />Doa di Balik Penjara<br />Oleh:Dhedi R Ghazali<br /><br />Tuhan,<br />Jika memang ini jalan menuju Nirwana<br />Aku relakan helaian napasku di dalam penjara<br />Biarkan orang berkata apa<br />Biarkan mereka tertawa sepuasnya<br />Tak mengapa mereka menganngapku hina<br />Asal Engkau lebur semua dosa <br />Jadikan hina menjadi mulia<br /><br />Yogya, 05 Nofember 2013<br /><br />Aku Malu<br />Oleh: Dhedi R Ghazali<br /><br />Aku malu<br />Pada hamba-hambaMu di balik jeruji besi itu<br />Aku bahkan merasa lebih hina dari mereka<br />dari mereka para penikmat dinding-dinding penjara<br />Setiap 5 waktu mereka menemui-Mu<br />Selalu saja dalam barisan-barisan <br />Sedangkan aku kerap sendirian<br />Rela mereka sisakan sepertiga malam<br />Sedang sepertiga malamku hanyut dalam mimpiku<br />Ikhlas mereka selipkan waktu kala fajar<br />Sedang fajarku termakan kesibukanku<br />Tak henti mereka panjatkan ayat-ayat suci<br />Sedang ayat-ayat suci ku tersungkur di lemari-lemari berdebu<br />Sungguh aku malu!!!<br /><br />Yogya, 12 Desember 2013<br /><br /><br />Senandung Penikmat Penjara <br />Oleh: Dhedi R Ghazali<br /><br />Di tempat ini<br />Dalam lingkaran sepi di balik jeruji besi<br />Buah dari kebusukan yang kulakukan<br />Tempat penebusan atas segala kekhilafan<br /><br />Di tempat ini<br />Tak kulihat bintang di kegelapan malam<br />Hanya atap-atap penyesalan yang bertaburan<br />Tak kulihat purnama yang memanja<br />Hanya tarian dosa yang tertawa <br />Tak kudengar ocehan-ocehan penuh kebebasan<br />Hanya siulan kenestapaan yang memuakkan<br />Dan kini itu semua membuatku terbiasa<br />Menjelma menjadi teman setia di balik penjara<br /><br />Yogya, 17 Oktober 2013<br /><br /><br />Bosan<br />Oleh: Dhedi R Ghazali<br /><br />Dari pagi, siang hingga malam menjelang<br />Dari detik, menit, jam, hari hingga bulan saling menggantikan<br />di balik dinding-dinding penebusan<br />Dan aku pun mulai bosan<br /><br />Yogya, 19 Desember 2013<br /><br />Di Balik Penjara<br />Oleh:Dhedi R Ghazali<br /><br />Dengarkanlah senandung insan terkurung<br />Termenung dalam pangkuan hukum<br />Ling-lung limbung tak berujung<br /><br />Embun pagi tak menyapa<br />Terhalang dinding-dinding sekeras baja<br /><br />Di balik penjara<br />Aku belajar untuk mengerti agama<br />Di balik penjara<br />Aku mengerti akan pahala dan dosa<br />Di balik penjara<br />Aku pahami kasih sayang orang tua<br />Di balik penjara<br />Aku temui kuasa-Nya<br />Dan di balik penjara<br />Aku dapatkan semua<br />yang tak kudapatkan dalam hidupku sebelumnya<br /><br />Yogya, 05 Februari 2014<br /><br /><br /><br />Muhasabah<br /><br />Ragaku mungkin terpenjara<br />Namun batinku bebas menemui-Nya<br />Jeruji ini mungkin merantai langkah kaki<br />Akan tetapi jejak Illahi masih bisa ku ikuti<br />Dan di balik tempat ini<br />Kuperbaiki yang memang harus kuperbaiki<br />Tak peduli dengan kerasnya jeruji besi<br />Akan kugelar sajadah panjang ini<br />Untuk menemui sang Illahi Rabbi<br /><br />Yogya, 07 Maret 2014<br />Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-66843067119602090862014-03-22T00:32:00.000+07:002014-03-22T00:32:00.073+07:00Kumpulan Puisi Kehidupan Part II ( Menembus Ruang dan Waktu )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaEHXYDMJM4sNo14NrcFJEBEBhrF5ZhbEh14ojZvhO_X8nbRrJw_OrNbeOSkpu4w-z4llIOo-DR3aJ-cy1lMWHreXE_I3pmnq69LFm3_wgHHVSxagrWbFKIp2krlVcaIyG-u2d2uUa0sg/s1600/Kumpulan+Puisi+Kehidupan.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kumpulan Puisi Kehidupan Part II ( Menembus Ruang dan Waktu )" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaEHXYDMJM4sNo14NrcFJEBEBhrF5ZhbEh14ojZvhO_X8nbRrJw_OrNbeOSkpu4w-z4llIOo-DR3aJ-cy1lMWHreXE_I3pmnq69LFm3_wgHHVSxagrWbFKIp2krlVcaIyG-u2d2uUa0sg/s1600/Kumpulan+Puisi+Kehidupan.jpg" title="Kumpulan Puisi Kehidupan Part II ( Menembus Ruang dan Waktu )" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Tidak akan pernah habis kata-kata untuk membahas kehidupan di dunia. Berbagai warna dan tema senantiasa tercipta dari rajutan kata-kata para pujangga. Dan ternyata tak hanya tentang cinta yang bisa bersabda lewat kata namun kehidupanpun menyimpan banyak perkataan yang harus diungkapkan agar terdengar dan dirasakan oleh semua insan. Ini adalah beberapa kumpulan puisi kehidupan yang telah saya ciptakan. Dengan berbagai tema yang berbeda, saya mencoba untuk merangkai semua itu dalam keindahan karya sastra. Meskipun saya masih baru dalam dunia sastra, semoga saja rangkaian kata-kata ini bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi para pembaca. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
AKU BUKAN ANAK HARAM<br /><br />Aku adalah buah jalan yang terasingkan<br />Dipinggirkan dari persaingan kehidupan yang kejam<br /><br />Aku adalah anak dari emak<br />Tercipta oleh tapak-tapak tak berjejak<br /><br />Janganlah salahkan kelahiranku<br />Salahkanlah ibu dan bapak-bapakku...<br />Yang telah bersenggama di luar batas agama<br />Yang telah bercinta atas nama suka sama suka<br /><br />Aku tegaskan!!<br />Aku bukanlah ANAK HARAM<br />Aku sama seperti kalian<br />Dilahirkan atas kehendak Tuhan<br />Meski memang dari buah tangan perzinaan<br /><br />Yogya, 19 Maret 2014<br />Dhedi R Ghazali<br /><br /><br />?<br /><br />Dimana orasi-orasimu?<br />Jangan tanyakan aku<br />Aku sendiri tak tahu<br /><br />Tanyakan saja pada kata-kata<br />Yang menemani senja yang tengah berduka<br />Bersama jelata yang dianiaya majikannya<br /><br />Yogya, 18 Maret 2014<br />Dhedi R Ghazali<br /><br /><br />TAMAT<br /><br />Hilang sudah kata-kata<br />Sirna tak tersisa!!!<br /><br />Hanya tertinggal nama...<br /><br />Yogya, 18 Maret 2014<br />Dhedi R Ghazali<br /><br /><br />CERMINKU BERDEBU<br /><br />Cerminku berdebu<br />Cerminku buram<br />Penuh dengan kotoran-kotoran<br /><br />Sedangkan aku masih saja bercermin padanya<br /><br />Muak aku dengan aku yang nampak di cermin itu<br />Dengan senyum menghina penuh nista<br /><br />Cerminku masih berdebu<br />Cerminku masih buram<br />Belum bisa kubersihkan<br /><br />Yogya, 14 Maret 2014<br />Dhedi R Ghazali<br /><br /><br />TIDAKKAH KAU?<br /><br />Tak sampaikah kepadamu?<br />Tentang anak-anak tak berbapak dan tak beremak<br />Tentang mereka yang tergeletak dan terinjak<br />Tentang mereka yang tak mampu berteriak<br />Tentang mereka yang mendadak tersentak<br />Dibentak rompak-rompak juga pembajak-pembajak pajak<br /><br />Tidakkah kau lihat?...<br />Tentang bapak-bapak yang tak dapat bergerak<br />Tentang emak-emak yang tak dapat memasak<br />Tentang otak-otak yang sesak teriak-teriak serak<br /><br />Tidakkah kau dahaga?<br />Akan senyum sapa mereka<br />Tentang canda tawa mereka<br />Yang direnggut keadaan carut marut<br />Merunduk takut hanya termanggut-manggut<br /><br />--------------------------<br /><br />Sstttttt...<br />Jangan berisik, takut mereka terusik<br />Karna hanya dalam lelapnya mereka bisa temukan bahagia<br />Karna hanya dalam mimpi mereka bisa menari<br /><br />Yogya, 18 Maret 2014<br />Dhedi R Ghazali</div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-2259856390445563872014-03-21T00:12:00.000+07:002014-03-21T00:12:00.296+07:00Puisi Untuk Ayah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFmckaIVyc7hX5mm3r5YffRjgIU6uTCZIQ51GZ1ZEx4DgVJB5ooMmo6axTsVvd1yYMvzf6DdbXQJPynFiRocZcgOmSE2kCUgEF8thd_OLNT0yYnV1zq7VekE9xhAFmX122fjmx3oYUCwY/s1600/Puisi+Untuk+Ayah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Puisi Untuk Ayah" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiFmckaIVyc7hX5mm3r5YffRjgIU6uTCZIQ51GZ1ZEx4DgVJB5ooMmo6axTsVvd1yYMvzf6DdbXQJPynFiRocZcgOmSE2kCUgEF8thd_OLNT0yYnV1zq7VekE9xhAFmX122fjmx3oYUCwY/s1600/Puisi+Untuk+Ayah.jpg" height="183" title="Puisi Untuk Ayah" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Ayah... Adalah sosok yang begitu berharga dan berjasa dalam kehidupan kita. Dia lah seseorang yang membanting tulang demi kehidupan keluarga. Segalanya dia lakukan demi masa depan anak-anaknya. Tiada kata yang bisa menggantikan perjuangan seorang ayah demi anak dan keluarganya. Namun kali ini saya akan memberikan beberapa tatanan kata yang khusus saya persembahkan buat para Ayah di dunia ini. Buat seorang lelaki yang tiada henti mencari dan terus mencari nafkah. Yang tiada lelah melangkah meski kadang goyah. Seorang sosok inspiratif dibalik keberhasilan anak-ankanya. Inilah persembahan dari saya untuk seluruh Ayah di dunia. Meskipun kata-kata ini sederhana dan tidak terlalu berharga, namun setidaknya lewat untaian kata ini saya ingin mengabadikan kegigihan seorang Ayah demi anak dan keluarga tercintanya.</div>
<br />
<br />
AYAH PART I<br />
<br />
Ayah...<br />
Kau terus berjalan ribuan mill<br />
Tak jarang tubuhmu menggigil<br />
Darah dan nanah tercurah<br />
Demi anak-anakmu menikmati bangku sekolah<br />
<br />
Ayah...<br />
Jutaan rintangan yang panjang membentang<br />
Kau terjang dengan kepalan tangan telanjang<br />
Demi sebuah masa depan anak-anakmu tersayang<br />
Masa depanmu tak lagi kau pikirkan<br />
<br />
Ayah...<br />
Benturan dan hempasan bungkukkan rusuk-rusukmu<br />
Sengaatan mentari membakar tubuh legammu<br />
Hingga terlihat jelas tubuh rentamu<br />
Melemah dimakan sang waktu yang terus berlalu<br />
<br />
Ayah...<br />
Setiap tuturmu mengajakku menuju kebaikan<br />
Setiap kekesalan yang kau lontarkan membawaku kedalam perbaikan<br />
Hingga tak jarang airmata kau deraikan<br />
Melihat anak-anakmu melawan kerasnya kehidupan<br />
<br />
Ayah...<br />
Dalam guratan pena ini<br />
Yang tak sebanding dengan semua yang kau beri<br />
Ku pahatkan cerita tentangmu<br />
Ku tuliskan jejak-jejak perjuanganmu<br />
Ku goreskan setiap jengkal langkahmu<br />
Agar terbaca oleh anak cucumu<br />
<br />
Yogya, 14 Maret 2014<br />
Dhedi R Ghazali<br />
<br />
<br />
AYAH PART II<br />
<br />
Ayah...<br />
Tanpa lelah kau berjalan<br />
Di tepian jurang-jurang kesederhanaan<br />
1 mili mendekati kemiskinan<br />
<br />
Masih saja kau tak lelah mengejar nafkah<br />
Terkadang langkahmu goyah<br />
Kakimu berlumur darah dan nanah<br />
Namun "demi nafkah" kau tetap tabah melangkah<br />
<br />
Ayah...<br />
Guratan tanggung jawab terpahat di setiap urat dalam tubuhmu<br />
Mengalir bersama aliran darahmu<br />
Melebur satu dalam setiap jengkal langkahmu<br />
<br />
Jejak-jejak kau tapak demi keluarga dan anak<br />
Nafasmu tak jarang tersengal bahkan sesak<br />
Namun tiada keluh kesah di tuturmu<br />
Dengan teguh kau tetap tapaki jalan itu<br />
<br />
Aku, Anakmu....<br />
Hanya mampu memapahmu dengan doa-doaku<br />
Yang akan senantiasa menemani perjalananmu<br />
Menembus ruang dan waktu demi keluargamu<br />
Hingga di penghujung usiamu<br />
<br />
Yogya, 14 Maret 2014<br />
Dhedi R Ghazali<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika menurut kalian, artikel ini
bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga
Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah
membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page
kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala
yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br />
<br />
“Barangsiapa
yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti
orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6952754567384954590.post-42779933736193631282014-03-09T20:14:00.002+07:002014-03-12T14:36:31.943+07:00Kumpulan Puisi Sa-Saka Part II<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWP872N1lNUOkEB65Olbkr_CS2ZZF24aiiyz_s76Y-grq18EhkoasjqU502P_167Y0pIQJBc4zYh7UPNhuilKdEP73zAJ03Z2ZcxEi49jRcXMoVPx7wvQMKhH778P9CchfEyoOXpaUAVA/s1600/sasaka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kumpulan Puisi Sa-Saka Part II" border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWP872N1lNUOkEB65Olbkr_CS2ZZF24aiiyz_s76Y-grq18EhkoasjqU502P_167Y0pIQJBc4zYh7UPNhuilKdEP73zAJ03Z2ZcxEi49jRcXMoVPx7wvQMKhH778P9CchfEyoOXpaUAVA/s1600/sasaka.jpg" height="132" title="Kumpulan Puisi Sa-Saka Part II" width="400" /></a></div>
<div style="text-align: center;">
CATATAN PERADABAN EDAN <br />
<br />
Kemsikinan, kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran diundang-undangkan <br />
Dituliskan tanpa dijalankan, dibiarkan!!!... <br />
Rancangan-rancangan dirapatkan, dana digelontorkan <br />
Dihambur-hamburkan tak menghasilkan <br />
Disia-siakan tanpa kejelasan <br />
<br />
Kapan kemiskinan dientaskan? <br />
Kapan kesejahteraan diciptakan? <br />
Kapan kemakmuran direalisasikan? <br />
Kapan keadilan ditegakkan? <br />
Tanyakan pada pimpinan-pimpinan edan. <br />
<br />
Perut-perut kelaparan bergelimpangan <br />
Penganguran semakin berserakan <br />
Kejahatan berkeliaran di jalan <br />
Hukum-hukum diperjual-belikan, dipermainkan <br />
Pendidikan, kesehatan semakin dikomersilkan <br />
<br />
Keinginan perubahan disampaikan <br />
Lewat jeritan pesakitan <br />
Lewat ratapan kebodohan <br />
Lewat tangisan jalanan <br />
Tak didengarkan, dibiarkan! <br />
<br />
Pimpinan semakin edan <br />
Kezaliman semakin menakutkan <br />
Kekuasaan dijadikan rebutan <br />
Negara berantakan dan diluluhlantahkan <br />
Inilah catatan peradaban edan!!!<br />
<br />
Yogya, 08 Maret 2014<br />
Dhedi R Ghazali</div>
<div style="text-align: center;">
<br />
TAUBAT SEBELUM TERLAMBAT <br />
<br />
Ayat-ayat dipanjat, telinga disumbat <br />
Syahwat memikat, maksiat diembat <br />
<br />
Shalat terlewat, bejat melumat <br />
Aurat-aurat terlihat, mata menjilat <br />
<br />
Hujat-menghujat jadi adat, <br />
Martabat pejabat jadi alat, <br />
Amanat rakyat disikat, rakyat melarat! <br />
<br />
Sekarat mendekat, tak sempat bertaubat, <br />
Nikmat akhirat lewat, neraka didapat!!!<br />
<br />
Yogya, 06 Maret 2014<br />
Dhedi R Ghazali</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Jika menurut kalian, artikel ini
bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga
Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah
membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page
kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala
yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
“Barangsiapa
yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti
orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Dhedi R Ghazalihttp://www.blogger.com/profile/09466043029986827647noreply@blogger.com0