Rembulan Tenggelam di Wajahmu
Mungkin bagi para penikmat novel
khususnya ciptaan Tere Liye, judul di atas tidaklah asing lagi.
"Rembulan Tenggelam di Wajahmu" adalah salah satu judul novel ciptaan
penulis muda satu ini.
Novel tersebut bagi saya adalah salah
satu novel yang memberikan efek "boombastis". Kenapa dan bagaimana bisa?
Banyak hal yang saya dapatkan dari novel ini, selain gaya bahasa yang
menarik bahkan boleh dibilang puitis, novel ini juga menawarkan ruang
renung yang luar biasa bagi pembacanya.
Awal mula saya membaca
novel ini adalah berawal dari ketidaksengajaan yang mungkin saja
ketidaksengajaan itu erat hubungannya dengan isi yang disampaikan dalam
novel buatan Tere Liye tersebut.
Pada suatu ketika, jiwa dan
batin saya sedang dalam keadaan yang kacau balau. Permasalahan
bermunculan menghampiri tanpa jeda hingga membuat manusia bodoh ini
acapkali menyalahkan keadaan yang sedang terjadi. Singkatnya, untuk
menghilangkan penat itu saya putuskan berjalan-jalan di salah satu toko
buku di Yogyakarta. Sebenarnya maksud awal datang ke toko itu bukanlah
untuk membeli buku, hanya sekadar ingin berjalan-jalan saja. Di salah
satu rak buku dimana kumpulan novel Tere Liye dipajang, mata ini
langsung tertuju pada buku dengan sampul berwarna merah menyala yang
berjudul "Rembulan Tenggelam di Wajahmu". Terlanjur tertarik, akhirnya
saya lihat sampul bagian belakang dan membaca sinopsis yang ada. Entah
kenapa, tiba-tiba saja ada terdengar bisikan mengatakan "Belilah dan
bacalah! Kau akan menyukainya". Memang selama ini salah satu hobi saya
adalah membaca novel, jadi tanpa pikir panjang akhirnya saya putuskan
untuk membeli novel tersebut.
Sesampainya di rumah, novel itu
tidak langsung saya baca. Malam hari sekitar pukul 11 malam, karena
belum bisa tidur sebab kepenatan yang masih saja menghantui akhirnya
saya membacanya. Satu lembar, dua lembar, terlihat isi novel biasa-biasa
saja. Anehnya, hati ini seolah memaksa untuk tetap melanjutkan membaca.
Lembar demi lembar terbuka, setiap lembar menyuguhkan rangkaian kata
dan cerita yang begitu menarik. Ya, begitu menarik karena apa yang
diceritakan ternyata tidak jauh beda dengan apa yang sedang saya
rasakan. Tentang pertanyaan-pertanyaan yang ada di otak manusia selama
menjalani kehidupan. Pertanyaan tentang hidup dan kehidupan itu sendiri,
tentang keadilan dan kekuasaan Tuhan serta tentang sebuah kesempatan.
Dengan waktu 2 jam novel ini selesai saya baca.
Setelah selesai
membacanya, batin mulai bergejolak. Mungkin saja ini adalah cara Tuhan
untuk menjawab pertanyaan yang ada di benak selama ini. Jawaban dari
Tuhan yang akhirnya saya temukan lewat perantara novel berjudul
"Rembulan Tenggelam di Wajahmu". Ya, seperti halnya Rey(tokoh utama
dalam novel) yang diberi kesempatan untuk bertanya 5 pertanyaan dan
diberikan 5 jawaban, setidaknya seperti itulah yang sedang terjadi pada
saya sewaktu membaca novel ini.
Lalu apa yang istimewa? Dari
cerita di atas, ada hal yang sangat bermakna yang saya dapatkan.
Ternyata memang Tuhan mempunyai banyak cara yang tak terduga untuk
menjawab keluh kesah umatnya. Itulah yang penting. Selama ini kita
acapkali menyalahkan keadaan yang berujung kepada pikiran bahwa Tuhan
tidak adil. Dimanakah Tuhan saat kita dalam kesulitan? Saat batin dan
jiwa dilanda kepenatan, atau saat permasalahan demi permasalah
menghampiri hidup? Seharusnya pertanyaan itu tidak layak untuk muncul di
benak manusia, sebab satu hal yang pasti bahwa Tuhan tidak akan pernah
mendzalimi umatnya. Seharusnya manusialah yang dituntut untuk "peka"
terhadap keadilan dan kasih sayang Sang Pencipta. Rembulan yang
tenggelam di wajah manusia bukanlah karena-Nya, namun karena perbuatan
manusia itu sendiri. Tak seharusnya rembulan itu tenggelam di wajah jika
saja kita mampu menikmati betapa indahnya rembulan itu dengan mata
kita, bukan justru dengan menundukkan wajah. Ingatlah bahwa apa yang
terjadi memanglah sudah digariskan oleh-Nya, tapi semua akan tetap
berdasar hukum sebab-akibat. Sesuatu yang terjadi bukanlah tanpa sebab
dan setiap sebab pastilah akan menimbulkan akibat, dan yang perlu kita
tahu adalah bahwa akibat tidak selalu negatif, tinggal bagaimana kita
menyikapinya.
Gubuk, 2015
0 komentar:
Post a Comment