Daun Mana yang Akan Jatuh?
Kita tak pernah tahu berapa jatah
umur kita sehingga tak akan pernah mampu menghitung sisa umur yang ada.
Lebih celakanya, seringkali kita angkuh berkata, "Ah, kita masih muda,
umur masih panjang." Kalimat tersebut keluar begitu saja tanpa disadari
bahwa bisa jadi esok hari menjadi hari terakhir di dunia ini.
Ingatlah, manusia tak pernah tahu kapan dan di mana maut akan menjemput.
Tak perduli berapa umurnya sekarang, bukankah daun muda bisa sewaktu-waktu lepas dari tangkainya?
Mari kita sejenak bercermin kepada perjalanan hidup Alm. Ustad Jefri.
Banyak yang sudah tahu sebelum menjadi ustadz, Beliau pernah berada di
lubang hitam yang gelap. Hingga pada akhirnya, kemauan untuk berhijrah
membuahkan hasil. Akan tetapi, tak lama kemudian akhirnya Beliau harus
mengakhiri perjalanan hidup di dunia untuk selamanya. Pertanyaannya,
bagaimana jika Alm. tidak berkemauan dan berikhtiar untuk berhijrah saat
itu? Bagaimana jika dia meninggal saat masih dalam lubang hitam? Semua
bukan semata karena hidayah, tapi lebih dari itu, kemauan, niat dan
usaha untuk berubah menjadi lebih baik adalah awal mulanya.
Tidakkah kita merugi jika waktu yang masih ada, justru terbuang sia-sia? Menunggu waktu tua tiba untuk menebusnya, padahal tidak pernah ada jaminan kalau hidup kita kelak bisa sampai pada usia renta.
Gubuk, 2015
//
Kau dan Angin
tibamu
bagai kabar burung yang dikirimkan angin
di tengah padang ilalang
disaat kemarau berkepanjangan
Tidakkah kita merugi jika waktu yang masih ada, justru terbuang sia-sia? Menunggu waktu tua tiba untuk menebusnya, padahal tidak pernah ada jaminan kalau hidup kita kelak bisa sampai pada usia renta.
Gubuk, 2015
//
Kau dan Angin
tibamu
bagai kabar burung yang dikirimkan angin
di tengah padang ilalang
disaat kemarau berkepanjangan
kau
menyatu dalam tubuh angin
menari-nari di gurun
hanya debu di pelupuk mata
sebagai pertanda kau tiba
Gubuk, 2015
//
Tanah, Kemarau dan Hujan
aku adalah tanah
dan kemarau itu
datang tak tepat waktu
begitu juga hujan yang turun
menghukum tanpa ampun
menyatu dalam tubuh angin
menari-nari di gurun
hanya debu di pelupuk mata
sebagai pertanda kau tiba
Gubuk, 2015
//
Tanah, Kemarau dan Hujan
aku adalah tanah
dan kemarau itu
datang tak tepat waktu
begitu juga hujan yang turun
menghukum tanpa ampun
aku adalah tanah
kau adalah kemarau
kau adalah hujan
dan dimanakah Tuhan?
GubukAksara, 2015
kau adalah kemarau
kau adalah hujan
dan dimanakah Tuhan?
GubukAksara, 2015
0 komentar:
Post a Comment