Dimanakah Nuranimu, Ibu

Dhedi R Ghazali | Tuesday, April 15, 2014 | 0 komentar
Dimanakah Nuranimu, Ibu
Rabu, 02 April 2014 di salah satu perempatan di Kota Yogyakarta saya menemukan sebuah hal yang begitu memprihatinkan. Saat itu saya sedang dalam perjalanan menuju kost salah satu teman saya. Singkat cerita di sebuah perempatan bertepatan dengan nyala lampu merah saya melihat anak kecil. Umur anak tersebut mungkin sekitar 7-8 tahun. Dengan bermodal plastik putih transparan dia menghampiri dan berkata "Pak, minta uangnya Pak. Buat biaya sekolah". Saya pun langsung merogoh uang di saku saya dan memberikannya pada anak tersebut. "Terimakasih Pak", jawab anak itu serambi berjalan menghampiri pengguna jalan lainnya.

Terlintas banyak pertanyaan di benak saya saat itu. Rasa miris menghinggapi hati bersama rasa iba yang mengikuti menyusup ke dalam nurani. Waktu itu saya lihat hanya ada beberapa uang receh Rp.500 yang ada di dalam plastik genggamannya. Mungkin jika dijumlahkan semuanya tak lebih dari Rp.5000. Tersentak batin ini ketika melihat anak tersebut menghampiri wanita separuh baya di seberang jalan. Tanpa berkata apa-apa langsung saja anak itu memberikan plastik berisi uang kepadanya dengan senyum yang begitu tulus. Saya berpikir itu adalah ibunya. "Ibu macam apa itu?". Pertanyaan tersebut yang selanjutnya menyeruak di kepala saya. Di saat anaknya meminta-minta mengais rizki di tengah jalan, berjalan menghampiri setiap pengguna jalan, berbalut debu jalanan serta disengat terik siang sedangkan Ibunya justru duduk manis di seberang jalan serambi sesekali menyeruput seplastik es teh di genggamannya.

Di sepanjang jalan, yang ada di pikiran saya masih saja tentang anak itu. Terlintas pikiran, waktu itu dia bilang untuk biaya sekolah. Padahal saat itu pukul jam 10:00 WIB, bukankah saat itu adalah waktu jam sekolah?. Entahlah, saya tidak mempermasalahkan anak itu bohong atau tidak. Melihat keluguan dan kepolosannya, saya rasa jika dia bohong itu semua adalah Ibunya yang mengajari. Yang jelas, jika memang wanita itu adalah Ibu kandungnya, maka Ibu tersebut adalah Ibu yang tidak bertanggung jawab. Seorang Ibu yang telah merenggut masa depan anaknya sendiri. Dalam hati, saya hanya bisa berdoa "Ya Allah, berikanlah hidayah kepada Ibu tersebut. Jadikanlah anak itu menjadi anak yang sholeh, terangilah masa depannya dan lindungilah setiap jengkal langkahnya. Bukakan lebar-lebar pintu rizkinya dan jadikanlah dia penghuni surga-Mu. Aamiin"

Saya yakin masih banyak anak-anak di luar sana yang nasibnya tidak jauh beda dengan anak yang saya ceritakan. Secerca penerus Bangsa yang teraniaya oleh ulah para Pemimpinnya. Pemimpin-pemimpin korup yang tak tahu malu. Dimana UUD yang dengan jelas menyatakan anak-anak terlantar dipelihara Negara? Kami tunggu janji-janjimu di orasi-orasi kampanyemu.


Jika menurut kalian, artikel ini bermanfaat. Silahkan di-share untuk teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas.  Semoga Anda juga mendapatkan balasan pahala yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Barangsiapa yg memberi petunjuk atas kebaikan, maka baginya adalah pahala seperti orang yg melakukan kebaikan itu.” (HR Muslim)

Kehidupan Tanpa Batas

Puisi Dari Balik Jeruji Besi

Dhedi R Ghazali | Monday, April 14, 2014 | 0 komentar
Puisi Dari Balik Jeruji Besi


Di Balik Jeruji Besi
Oleh:Dhedi R Ghazali

Di balik jeruji besi ini
Kisah usam coba dia hapus
dengan waktu yang dia tebus
Membakar hangus kekhilafan yang sempat memberangus

Di balik jeruji besi ini
Lembar noda hitam coba dia putihkan
Dengan kurungan penebusan

Yogya, 12 Juli 2013


Doa di Balik Penjara
Oleh:Dhedi R Ghazali

Tuhan,
Jika memang ini jalan menuju Nirwana
Aku relakan helaian napasku di dalam penjara
Biarkan orang berkata apa
Biarkan mereka tertawa sepuasnya
Tak mengapa mereka menganngapku hina
Asal Engkau lebur semua dosa
Jadikan hina menjadi mulia

Yogya, 05 Nofember 2013

Aku Malu
Oleh: Dhedi R Ghazali

Aku malu
Pada hamba-hambaMu di balik jeruji besi itu
Aku bahkan merasa lebih hina dari mereka
dari mereka para penikmat dinding-dinding penjara
Setiap 5 waktu mereka menemui-Mu
Selalu saja dalam barisan-barisan
Sedangkan aku kerap sendirian
Rela mereka sisakan sepertiga malam
Sedang sepertiga malamku hanyut dalam mimpiku
Ikhlas mereka selipkan waktu kala fajar
Sedang fajarku termakan kesibukanku
Tak henti mereka panjatkan ayat-ayat suci
Sedang ayat-ayat suci ku tersungkur di lemari-lemari berdebu
Sungguh aku malu!!!

Yogya, 12 Desember 2013


Senandung Penikmat Penjara 
Oleh: Dhedi R Ghazali

Di tempat ini
Dalam lingkaran sepi di balik jeruji besi
Buah dari kebusukan yang kulakukan
Tempat penebusan atas segala kekhilafan

Di tempat ini
Tak kulihat bintang di kegelapan malam
Hanya atap-atap penyesalan yang bertaburan
Tak kulihat purnama yang memanja
Hanya tarian dosa yang tertawa    
Tak kudengar ocehan-ocehan penuh kebebasan
Hanya siulan kenestapaan yang memuakkan
Dan kini itu semua membuatku terbiasa
Menjelma menjadi teman setia di balik penjara

Yogya, 17 Oktober 2013


Bosan
Oleh: Dhedi R Ghazali

Dari pagi, siang hingga malam menjelang
Dari detik, menit, jam, hari hingga bulan saling menggantikan
di balik dinding-dinding penebusan
Dan aku pun mulai bosan

Yogya, 19 Desember 2013

Di Balik Penjara
Oleh:Dhedi R Ghazali

Dengarkanlah senandung insan terkurung
Termenung dalam pangkuan hukum
Ling-lung limbung tak berujung

Embun pagi tak menyapa
Terhalang dinding-dinding sekeras baja

Di balik penjara
Aku belajar untuk mengerti agama
Di balik penjara
Aku mengerti akan pahala dan dosa
Di balik penjara
Aku pahami kasih sayang orang tua
Di balik penjara
Aku temui kuasa-Nya
Dan di balik penjara
Aku dapatkan semua
yang tak kudapatkan dalam hidupku sebelumnya

Yogya, 05 Februari 2014



Muhasabah

Ragaku mungkin terpenjara
Namun batinku bebas menemui-Nya
Jeruji ini mungkin merantai langkah kaki
Akan tetapi jejak Illahi masih bisa ku ikuti
Dan di balik tempat ini
Kuperbaiki yang memang harus kuperbaiki
Tak peduli dengan kerasnya jeruji besi
Akan kugelar sajadah panjang ini
Untuk menemui sang Illahi Rabbi

Yogya, 07 Maret 2014
Kehidupan Tanpa Batas
 
Support : Copyright © Nov 2010. Kehidupan Tanpa Batas - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger