Ini adalah sebuah puisi yang akan memberi gambaran kepada kita bahwa siapapun kita, sekaya apapun kita dan semuanya tetap mempunyai kamar terakhir yang sama yaitu " Kuburan ". Semua manusia akan menemui ajal yang akan membawa kita ketempat bersemayam yang sama. Semoga puisi ini dapat menyadarkan kita bahwa kamar terakhir kita semua adalah sama saja dan tak ada beda.
Membasah gundukan tanah merah
Bertabur bunga wewangian
Tanda perpisahan
Melapuk nisan bernama
Bertanggal lahir
Dan tanggal hirup nafas terakhir
Yang jadi tanda untuk anak cucunya
Ya . . Kuburmu itu rumah terakhirmu
Kafan jadi selimut tidurmu
Ulat jadi teman setiamu
Yang kelak akan memakan jasadmu
Kala itu lalu kau bisa apa???
Tidak bisa apa-apa
Mana harta dan tahta???
Sanak saudara???
Tidak ada . .
Yang ada hanya penyesalan
Atas apa yang pernah dan telah kita lakukan
Ingat . . .
Kamar terakhir kita semua sama
Tak ada beda
Antara aku kau dan dia
Suatu ketika disaat kita kita tinggalkan dunia
Bertabur bunga wewangian
Tanda perpisahan
Melapuk nisan bernama
Bertanggal lahir
Dan tanggal hirup nafas terakhir
Yang jadi tanda untuk anak cucunya
Ya . . Kuburmu itu rumah terakhirmu
Kafan jadi selimut tidurmu
Ulat jadi teman setiamu
Yang kelak akan memakan jasadmu
Kala itu lalu kau bisa apa???
Tidak bisa apa-apa
Mana harta dan tahta???
Sanak saudara???
Tidak ada . .
Yang ada hanya penyesalan
Atas apa yang pernah dan telah kita lakukan
Ingat . . .
Kamar terakhir kita semua sama
Tak ada beda
Antara aku kau dan dia
Suatu ketika disaat kita kita tinggalkan dunia
Yogya, 28 Januari 2014
Jika menurut kalian, puisi ini
bermanfaat. Silahkan di-share untuk
teman Anda, sahabat Anda, keluarga Anda, atau bahkan orang yang tidak
Anda kenal sekalipun. Setelah membaca, saya harap juga bisa meninggalkan
komentar serta like fans page kehidupan tanpa batas. Semoga Anda juga
mendapatkan balasan pahala yang berlimpah
dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
0 komentar:
Post a Comment